Suara.com - Pemerintah China akan memberikan izin kepada warganya untuk memiliki hingga tiga anak, sekaligus membatalkan aturan pembatasan yang kontroversial.
Menurut media pemerintah China, menyadur The Sun, Selasa (1/6/2021) langkah itu sudah disetujui oleh Presiden Xi Jinping.
Keputusan tersebut dibuat menyusul timbulnya kekhawatiran tentang pertumbuhan populasi yang lambat di negara yang saat ini menduduki penduduk tertinggi di dunia.
"Untuk lebih mengoptimalkan kebijakan kelahiran, (China) akan menerapkan kebijakan satu-pasangan-bisa-memiliki-tiga-anak," kata kantor berita negara Xinhua dalam laporannya.
Baca Juga: Covid-19 Tiba-tiba Melonjak di Guangzhou China, Penerbangan Dibatalkan
Xinhua melaporkan jika aturan tersebut akan diimbangi dengan "langkah-langkah pendukung, yang akan meningkatkan struktur populasi negara".
Pengumuman itu mendapat tanggapan dingin di media sosial Tiongkok, banyak warganet yang mengatakan mereka tidak mampu memiliki bahkan satu atau dua anak.
"Saya bersedia memiliki tiga anak jika Anda memberi saya 5 juta yuan (Rp 11 miliar)," tulis seorang warganet di media sosial Weibo.
Awal bulan ini, sensus dalam satu dekade menunjukkan bahwa populasi China tumbuh lambat selama satu dekade terakhir sejak 1950-an, menjadi 1,41 miliar.
Data juga menunjukkan tingkat kesuburan di China hanya 1,3 anak per wanita untuk tahun 2020 saja, setara dengan masyarakat yang menua seperti Jepang dan Italia.
Baca Juga: 621 Juta Penduduk Telah Divaksin, Kini China Kembangkan Dosis Ketiga Vaksin Covid-19
Angka kelahiran tahunan China juga merosot dan mencatatkan rekor terendah yakni 12 juta kelahiran pada tahun 2020, kata Biro Statistik Nasional.
Laju pertumbuhan penduduk yang lambat datang bersamaan dengan penurunan tajam jumlah usia kerja, yang juga meningkatkan kekhawatiran akan krisis.
Keseimbangan gender di China juga dipengaruhi oleh kebijakan satu anak selama beberapa dekade dan preferensi sosial tradisional untuk anak laki-laki yang mendorong terjadinya aborsi.
Meskipun kebijakan tersebut telah dilonggarkan dalam beberapa tahun terakhir, ini tidak mendorong ledakan bayi seperti yang diharapkan para pejabat.
Turunnya tingkat pernikahan dalam beberapa tahun terakhir juga ikut berperan dalam tingkat kelahiran yang lebih lambat.
Sepertiga orang China diperkirakan akan menjadi lansia pada tahun 2050, memberikan tekanan besar kepada negara bagian untuk memberikan dana pensiun dan perawatan kesehatan.
Partai Komunis juga mengatakan akan menunda secara bertahap usia pensiun negara itu, tetapi tidak memberikan rincian apa pun.