Dengan formula tersebut, pada tahun 2044 akan dimulai pembelanjaan baru untuk 25 tahun ke depan. Dahnil lantas memberikan analogi dari formula belanja itu ibarat membangun rumah.
"Kita membiayai pembangunan rumah dalam waktu tertentu kemudian jadi satu rumah yang ideal, bukan membangun secara mencicil pembangunannya, mulai dari jendelanya dulu, nanti ada duit lagi baru bangun pintunya dan seterusnya," ungkapnya.
Belanja Alutsista Dengan Skema Peminjaman Luar Negeri
Pembelajaan alpalhankam tersebut nantinya bakal menggunakan mekanisme meminjam uang dari negara asing. Dahnil menegaskan skema pinjaman luar negeri itu tidak akan mengganggu APBN.
Meski tidak menyebut berapa besaran dana pinjamannya, Dahnil memastikan tidak bakal membenani APBN.
"Dalam arti, tidak akan mengurangi alokasi belanja lainnya dalam APBN yang menjadi prioritas pembangunan nasional," sebutnya.
Ia lantas mengungkapkan alasannya yakni karena pinjaman yang kemungkinan diberikan oleh beberapa negara itu memiliki tenor yang panjang serta bunga sangat kecil.
Lagipula menurutnya, proses pembayarannya akan menggunakan alokasi anggaran Kemhan yang setiap tahunnya memang sudah dialokasikan di APBN.
"Dengan asumsi alokasi anggaran Kemhan di APBN konsisten sekitar 0,8 persen dari PDB selama 25 tahun ke depan," ungkapnya.
Baca Juga: Rencana Utang untuk Beli Alutsista, Jubir Menhan: Tenornya Panjang dan Bunga Kecil
Dalam kesempatan itu, Dahnil menegaskan kalau seluruh formula itu masih dalam proses pembahasan bersama para pihak yang terkait. Sehingga raperpres yang dimaksud bukan merupakan konsep yang sudah final dan siap diimplementasikan.