Belum ada kejelasan soal apa sebenarnya tujuan utama militer melakukan penahanan. Seorang pejabat militer di Kati mengatakan tindakan pada Senin itu bukan merupakan penangkapan.
"Apa yang telah mereka lakukan tidak bagus," kata sumber itu. Ia merujuk pada perombakan kabinet.
"Kami memberi tahu mereka, keputusan akan diambil."
Pangkalan militer Kati telah beberapa kali mengakhiri kekuasaan para pemimpin Mali.
Agustus tahun lalu, militer menggiring Presiden Keita ke Kati dan memaksanya mundur.
Pada 2012, pemberontakan yang berlangsung di daerah itu juga berujung pada penggulingan pendahulu Keita, yaitu Amadou Toumani Toure.
Mali sejak itu terus bergejolak. Penggulingan Toure dari kursi kekuasaan memicu etnis Tuareg untuk melancarkan pemberontakan dengan niat merebut dua pertiga bagian utara negara itu. Wilayah tersebut sebelumnya dibajak oleh kalangan garis keras yang terkait dengan Al Qaida.
Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Mali mendesak kelompok yang melakukan penahanan segera membebaskan para pemimpin tersebut tanpa syarat.
Misi PBB juga mengatakan mereka yang menahan para pemimpin Mali harus bertanggung jawab atas tindakan yang mereka lakukan.
Baca Juga: Bayi Kembar 9 Dilahirkan Perempuan Mali, Hanya 7 Terlihat di Pemindai
Delegasi ECOWAS --badan pembuat keputusan regional-- akan mengunjungi Bamako pada Selasa untuk membantu menyelesaikan "percobaan kudeta" itu, kata ECOWAS, PBB, Uni Afrika, Uni Eropa, dan beberapa negara Eropa dalam pernyataan bersama.