Puan Datang, Ganjar Tak Diundang, Pemasaran Politik PDIP Masih Traditional

Rifan Aditya Suara.Com
Senin, 24 Mei 2021 | 16:56 WIB
Puan Datang, Ganjar Tak Diundang, Pemasaran Politik PDIP Masih Traditional
Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP (tengah) (Antara/Arif).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Nyarwi Ahmad, PhD menilai model pemasaran politik PDI Perjuangan (PDIP) masih tradisional. Hal ini diungkapkan Nyarwi setelah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tak diundang dalam acara pengarahan Pilpres 2024 yang diselenggarakan oleh DPD PDIP Jateng yang dihadiri Puan Maharani.

"Apa yang disampaikan oleh Puan Maharani sebagai Ketua DPP PDIP menunjukkan bahwa PDIP mengedepankan model pemasaran politik traditional yang berbasis pada ideologi parpol. Di sini parpol ditempatkan sebagai elemen terpenting," ujar Nyarwi dalam keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Senin (24/5/2021).

Menurut Nyarwi, parpol yang menganut model pemasaran ini biasanya lebih mengedepankan kinerja kolektif organisasi parpol sebagai produk politik utamanya, dibandingkan citra dan kinerja para publik figure yang dimiliki oleh/menjadi kader parpol yang selama ini menduduki jabatan publik, termasuk kepala daerah/gubernur. Pemasaran politik tradisional bisa saja efektif namun dengan beberapa syarat.

"Syarat pertama, parpol memiliki tingkat Party ID yang kuat. Syarat yang Kedua, PDIP mampu menata struktur organisasi kepartaiannya tidak hanya sebagai organisasi parpol, namun juga menjadi mesin pemasaran politik yang efektif dan penetrative," kata Nyarwi.

Baca Juga: Sebut Puan Matang di Partai, Rocky Gerung: Tapi Tidak dalam Relasi Politik

Partai ID pemilih PDIP memang lebih besar dan kuat, namun belum merata di seluruh Indonesia. Kekuatan PDIP hanya terpusat di di Jawa, khususnya Jawa Tengah.

Agar pemasaran politik PDIP lebih efektif, Nyarwi menyarankan agar para elit partai banteng itu melakukan penetrasi pasar politik secara intens ke kalangan masyarakat luas melalui berbagai jenis interaksi langsung. Tentunya, tidak hanya mengandalkan media sosial saja.

Ia khawatir PDIP bisa saja mampu mendapatkan dukungan besar dari para pemilih tua, namun bisa kurang popular di kalangan anak muda. Sebab, penetrasi pasar PDIP di kalangan anak-anak muda tidak serius.

Adapun syarat ketiga, para elit PDIP, khususnya yang menjadi publik figure atau menjabat di lembaga-lembaga Negara/Pemerintahan mampu lebih memasarkan partainya dibandingkan dengan dirinya. Nyarwi menyoroti kritik Bambang Wuryanto ke Ganjar Pranowo.

Sebelumnya, Bambang Wuryanto melayangkan kritik tajam kepada Ganjar agar tidak terlalu ambisius masuk dalam bursa Capres 2024.

Baca Juga: Berseteru dengan PDI Perjuangan, Ini Jawaban Ganjar Pranowo

"Tidak diundang! (Ganjar Pranowo) wis kemajon (kelewatan), yen kowe pinter, ojo keminter," kata Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, melalui siaran pers.

Bahkan dalam susunan acara yang beredar di kalangan media jika undangan kegiatan pengarahan oleh Puan ditujukan kepada kepala daerah dan wakil kader se-Jawa Tengah kecuali gubernur.

Menurut Nyarwi, hal tersebut sepertinya tidak mudah bagi PDIP karena dalam panggung politik local dan nasional saat ini, visibilitas profil dan kinerja elit-elit parpol, khususnya yang menjadi pejabat publik di lembaga eksekutif, lebih menonjol, dibandingkan visibilitas kinerja organisasi parpolnya.

Belum lagi jika melihat belakangan kinerja PDIP yang tercoreng karena sejumlah kadernya terjerat kasus korupsi.

Nyarwi memprediksi arah PDI Perjuangan untuk Pemilu 2024 mendatang tampaknya makin jelas untuk menjagokan figur tertentu di luar sosok populer seperti Ganjar Pranowo. "Dukungan pasar politik internal di PDI Perjuangan terhadap Ganjar Pranowo tampak masih belum aman," ujarnya.

Padahal berdasarkan survei elektabilitas Ganjar untuk maju Pilpres 2024 cukup tinggi. Menurut data survei IPS awal April 2021, untuk 30 nama Capres, menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar sebesar 14.4 %. Elektabilitas ini berada di urutan no dua setelah Prabowo (25.4 %).

Dalam bursa Cawapres, untuk 30 nama, Ganjar juga berada di urutan nomor 3, yaitu 8.3 %, setelah Anies Baswedan (12.8%). Tingkat elektabilitas ini juga tidak banyak mengalami perubahan untuk survey dengan 18 dan 10 nama Capres dan Cawapres. Kendati demikian, potensi elektabilitas Ganjar ini tidak akan bermakna, jika Ganjar gagal mendapatkan dukungan internal dari pimpinan PDIP.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI