Suara.com - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya mendorong generasi milenial untuk menjadi Green Leadership. Sebab, persoalan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta kehutanan di Indonesia sangat kompleks dan memerlukan perhatian dari semua elemen bangsa, termasuk generasi muda.
“Kita membutuhkan generasi penerus sebagai pengelola lingkungan hidup dan kehutanan kedepan, yang dibekali pendidikan, pengetahuan dan leadership (kepemimpinan). Mereka adalah awal dari potensi untuk membangun dan menjaga lingkungan hidup, sebagai generasi muda yang mencintai Indonesia," ujar Siti Nurbaya saat membuka acara sekaligus menjadi pembicara pada Program Pendidikan Green Leaders yang digagas Institut Hijau Indonesia, di Jakarta, Minggu, (23/5/2021).
Green Leadership (Kepemimpinan Hijau) adalah kemampuan dari seorang individu pemimpin dalam menentukan kebijakan yang pro lingkungan dan dapat mempengaruhi serta memobilisasi individu lain dalam organisasi untuk mendukung kebijakan pro lingkungan tersebut.
Kualitas lingkungan akan menentukan masa depan, karena akan berdampak terhadap kualitas hidup manusia, seperti ekonomi, ketahanan pangan, dll. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki, teknologi, perilaku serta komitmen juga menjadi faktor penting dalam keberlanjutan dan kualitas interaksi dengan lingkungan, dimana generasi muda saat ini sebagai penentu.
Baca Juga: KLHK Siap Implementasikan NUTEC Plastic untuk Tekan Sampah Plastik
"Sebagai negara yang sedang menikmati bonus demografi, Indonesia kini memiliki jumlah anak muda potensial penggerak perubahan yang sangat banyak," imbuhnya.
Berdasarkan statistik, dari 270 juta penduduk Indonesia, sekitar 25,87 persen adalah generasi milenial (usia sekarang 24 – 39 tahun) dan 27,94 persen adalah generasi Z (usia 8 – 23 tahun). Potensi yang mereka miliki berupa idealisme, mobilitas tinggi dan dinamis, kepedulian dan kesetiakawanan sosial, inovatif dan kreatif serta keberanian dan keterbukaan, dapat dimaksimalkan untuk menjadi penggerak pelestarian sumber daya alam dan lingkungan Indonesia kedepan.
“Di era sekarang, generasi X (usia sekarang 40 – 55 tahun) pada umumnya merupakan pemimpin puncak di berbagai organisasi/perusahaan, generasi milenial sebagai manajemen madya dan generasi Z menjadi angkatan kerja baru”, ungkap Siti Nurbaya.
Sebagai generasi penentu, Siti Nurbaya mengatakan, generasi muda dapat terlibat langsung dalam aksi nyata upaya pelestarian lingkungan. Misalnya, peran dalam pengelolaan sampah dan limbah, generasi muda dapat bergerak bersama-sama menjadi ecopreneur, menerapkan konsep Sirkular Ekonomi, serta dapat mendorong upaya pengelolaan sampah dan limbah berkelanjutan.
“Generasi muda dapat berperan dalam penerapan gaya hidup minim sampah, dengan mulai belanja tanpa kemasan, tolak dan kurangi penggunaan plastik sekali pakai, pilah sampah dari rumah, dan selalu habiskan makanan serta komposkan sisa-sisa makanan”, jelas Siti Nurbaya.
Baca Juga: Indonesia dan Jepang Lanjutkan Kerja Sama Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Selain itu, dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, generasi muda juga dapat berpartisipasi dengan terus menanam dan memelihara pohon. Dalam hal Penegakan Hukum LHK, Generasi milenial dapat berperan sebagai Agent of Change. Mereka dapat berperan aktif dalam diskusi terbuka; Kampanye melalui Media Sosial; Pengawasan sosial; Agent of Iron Stock; serta Penyampaian informasi dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Bahkan, generasi ini dapat berpartisipasi dalam pengendalian karhutla dengan menanamkan kesadaran pada diri sendiri untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan; membuat dan menyebarkan konten atau opini positif dan konstruktif di media sosial yang mendukung pelestarian alam dan lingkungan; dan proaktif melakukan kampanye dan sosialisasi langsung di desa rawan karhutla dan kunjungan ke sekolah; serta Partisipasi dalam pengembangan inovasi pengendalian karhutla misalnya zat aditif untuk pemadaman di lahan gambut.
Adanya kejadian-kejadian besar seperti tsunami, kebakaran hutan, dan pemanasan global serta perubahan iklim, yang mengakibatkan kehancuran alam, menyadarkan generasi Z akan pentingnya alam. Hal ini menjadi pemicu kepedulian gen Z, yang merindukan suasana alam yang benar-benar terjaga seperti saat mereka kecil.
“Sangat baik ketika ada satu generasi yang menjadi pionir bagi kepedulian terhadap isu lingkungan. Untuk itu, sangatlah diperlukan dukungan dan perhatian dari generasi yang lebih matang untuk membuat generasi ini tetap pada jalannya yang idealis,” tegas Siti Nurbaya.
Sangat tepat bila kepedulian itu dilengkapi dengan pengetahuan mendalam tentang isu-isu aktual lingkungan hidup dan kecenderungan ke depan serta terbentuknya jejaring antar mereka yang potensial menjadi pemimpin di masa mendatang. Pendidikan Green Leadership ini secara khusus didedikasikan ke arah itu, dengan tetap mempertimbangkan kecenderungan generasi milenial dan generasi Z yang senang dengan hal-hal praktis, instan dan cepat.
Program Green Leaders Indonesia ini diinisiasi oleh Institut Hijau Indonesia. Program ini akan memfasilitasi anak muda sebagai generasi penerus bangsa agar memiliki perspektif keadilan sosial dan lingkungan hidup dan keberpihakan kepada lingkungan hidup. Program ini ingin menjaring calon pemimpin yang berasal dari beragam latar belakang agar semua segmen dalam masyarakat memiliki calon pemimpin yang punya prespektif green dan keberpihakan nyata bagi penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup. Para peserta didik akan ditemani oleh para leaders, akademisi, praktisi, dan aktivis yang memiliki rekam jejak Panjang dalam bidang masing-masing.
“Pendidikan lingkungan hidup bagi generasi muda sangatlah penting, sebab pendidikan lingkungan dapat mengubah pandangan dan perilaku seseorang terhadap lingkungannya. Oleh karenanya pendidikan dan latihan yang dilakukan Insitut Hijau sangat penting dan patut mendapatkan apresiasi dan dukungan. Tidak akan ada perubahan jikalau tidak ada pergerakan”, pungkasnya.