Kisah Konflik Gaza: Kami Berkumpul untuk Selamat atau Mungkin Mati Bersama

Senin, 24 Mei 2021 | 08:22 WIB
Kisah Konflik Gaza: Kami Berkumpul untuk Selamat atau Mungkin Mati Bersama
Seorang lelaki berjalan di dalam sebuah bangunan yang porak-poranda akibat dibom Israel pada Sabtu (15/5/2021). [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kata-kata terakhir yang biasa diucapkan sebagai salam perpisahan bertebaran di Facebook kala konflik Gaza terjadi. Warga-warga yang menjadi korban perang itu merasa, ini adalah akhir dari hidupnya.

Menyadur Al Jazeera Minggu (23/05), salah satu remaja Gaza yang mengucapkan salam perpisahan adalah Ibrahim al-Talaa yang berusia 17 tahun. Ia dan keluarganya tinggal di kamp Ughazi, di tengah Jalur Gaza yang berkonflik.

Ia menceritakan bagaimana rudal menghancurkan lingkungannya tanpa pemberitahuan sebelumnya. Ibrahim juga mengatakan suara bom dan ledakan sangat menakutkan hingga ia tak bisa lagi menggambarkan situasinya.

"Saat bom jatuh dan menutup dengan berat, rumah itu bergetar seolah-olah akan menimpa kepala kami… Saraf saya runtuh dan hampir menangis, tetapi saya mencoba menahan diri, untuk memberi kekuatan pada keluarga saya."

Baca Juga: Sebagai Tanda Perpisahan, Mitsubishi Siapkan Pajero Edisi Spesial

"Adik perempuan saya menangis dalam diam. Saya memeluknya sebentar, mencoba menghiburnya. Saya membawakannya segelas air dan mencoba mengurangi rasa takutnya, meskipun saya sangat takut."

Penampakan ledakan akibat roket yang ditembakan oleh pasukan Israel ke Jalur Gaza [Foto:AFP]
Penampakan ledakan akibat roket yang ditembakan oleh pasukan Israel ke Jalur Gaza [Foto:AFP]

Remaja ini mengatakan, keluarganya kerap berkumpul dalam satu ruangan semenjak konflik dimulai, hanya untuk memastikan mereka akan selamat bersama atau mungkin, mati bersama.

"Saat mendengar suara bom semakin dekat dan beberapa ambulans datang, kami saling berpamitan, lalu kami berpelukan dengan hangat," kata Ibrahim.

Remaja itu kemudian menulis postingan perpisahan di Facebook. “Teman saya menelepon untuk memeriksa saya setelah postingan, itu dan saya mengatakan padanya bahwa saya mencintainya,” katanya.

"Sebagai seorang Palestina di Gaza, saya kehilangan hak sederhana saya untuk hidup dengan aman."

Baca Juga: Obrolan Terakhir Boiyen dengan Almarhum Sapri, Diyakini Salam Perpisahan

"Saya meminta teman saya untuk menyebarkan pesan bahwa saya tidak akan memaafkan orang dan presiden mana pun di dunia ini yang mendukung pendudukan Israel, melakukan normalisasi dengan mereka, atau bahkan tetap diam."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI