Suara.com - Pernah dengar cerita perkampungan di pinggir laut yang hilang? Cerita tersebut bukan rekayasa, bukan juga sekadar cerita fiksi. Cerita itu benar adanya.
Perkampungan itu adalah Kampung Muarajaya RT/01/RW 02 Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Kampung tersebut hilang akibat abrasi selama 10 tahun.
Mahmudi, salah satu anggota Karang Taruna Muara gembong mengatakan, keberadaan hutang mangrove sangat penting bagi kehiidupan di pesisir pantai. Sebab, mangrove bukan hanya sekedar tanaman biasa, tetapi berfungsi sebagai tanaman penyangga.
Jika ekosistem mangrove rusak, maka abrasi akan terjadi karena membuat daerah pesisir tak lagi dapat mengatasi limpahan air laut. Untuk itu, keberadaan green belt berupa hutan mangrove sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia dan biota lainnya.
Berangkat dari permasalahan itu, Karang Taruna Muara Gembong melakukan aksi nyata yaitu, melakukan penanaman pohon mangrove di ujung Sungai Citarum.
"Dengan cara menanam ulang pohon mangrove bisa mengurangi dampak abrasi," ujar Mahmudi dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, (23/5/2021).
Penanaman pohon mangrove itu tak dilakukannya seorang diri, Mahmudi mengaku memberdayakan para pemuda dan warga yang ada di sekitar kawasan tersebut.
Awalnya, aksi tanam pohon mangrove ini tidak banyak peminatnya. Namun, setelah dua hari program tersebut berjalan, antusiasme masyarakat kian meningkat.
Terbukti, sejak dimulai pada Oktober 2020 lalu, hingga saat ini sudah ada sekitar 600.000 batang pohon mangrove yang ditanam di atas lahan seluas 46 hektare tersebut.
Baca Juga: Kondisi Terkini Jembatan Mahkota II dan Dugaan Penyebab Abrasi di Bawahnya
Menurut Mahmudi, fenomena ini menunjukkan bahwa para pemuda bukannya tidak peduli terhadap lingkungan, melainkan harus ada yang memotori aksi cinta lingkungan tersebut. Supaya mereka yang memiliki kesadaran tinggi terhadap lingkungan bisa melakukan aksi nyata.