Menempuh Jalan Pikukuh, Cara Warga Adat Baduy Bebas dari Covid-19

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 21 Mei 2021 | 20:57 WIB
Menempuh Jalan Pikukuh, Cara Warga Adat Baduy Bebas dari Covid-19
Anak-anak Baduy (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tatkala jumlah kasus positif covid-19 di Indonesia terus beranjak naik, perkampungan masyarakat adat Baduy, Kabupaten Lebak, Banten, justru masih nihil. Bagaimana mereka bisa bertahan di tengah kepungan wabah?

Faisal Irfani, jurnalis untuk projectmultatuli.org, membuat reportase mengenai kisah masyarakat adat Baduy yang mampu membendung pandemi virus corona agar tak berbiak di wilayah mereka.

Namun, berdasarkan hasil repotase, warga Baduy—sebagaimana masyarakat adat lainnya—tetap berada dalam kerentanan pada masa pandemi. Pemerintah, diharapkan bisa meningkatkan mitigasi serta pengawasan, agar Baduy tetap tak terjamah covid-19.

Berikut laporan lengkap tentang masyarakat Baduy yang mempertahankan hidup dan kehidupan mereka di tengah ganasnya wabah covid-19. Artikel ini lebih dulu diterbitkan pada laman projectmultatuli.org, dengan judul "Bagaimana Baduy Bisa Bebas dari Covid-19?"

SINAR MATAHARI tidak begitu cerah tatkala saya menginjakkan kaki di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, 3 Mei 2021. Desa masih terlihat sepi, hanya ada beberapa toko kelontong yang buka, juga satu-dua mobil pengangkut sayur dan buah yang melintas melewati area dekat pintu masuk yang luasnya setara dengan lapangan sepakbola.

Di antara kesunyian itu, Zaenal berdiri dengan raut wajah yang cukup antusias. Tak lama usai saya mematikan sepeda motor, ia bergegas menghampiri dan menanyakan maksud kedatangan di Kanekes.

“Mau liburan, Bang?” tanyanya tanpa berbasa-basi. “Bisa saya antar masuk ke dalam. Kebetulan masih sepi, jadi lebih enak,” ia buru-buru melanjutkan.

Saya belum merespons sambutannya. Rasa letih masih menyelimuti sekujur tubuh. Perjalanan kurang lebih lima jam dari Jakarta dengan sepeda motor bikin badan kaku dan pegal. Terpaan debu jalan dan angin pegunungan juga bikin terkantuk-kantuk. Setelah sedikit melemaskan badan, barulah saya mengatakan tujuan pagi itu.

Zaenal mengangguk paham seraya memberi tahu bahwa sosok yang biasa bertugas melayani kepentingan jurnalis tengah mengikuti sesi pertemuan dengan warga dan tokoh desa. Saya pun diminta menunggu.

Baca Juga: Asal Usul Seba Baduy, Tradisi Ratusan Tahun Sejak Kesultanan Banten

Ilusrasi -Warga adat Baduy, Kabupaten Lebak, Banten. [Antara]

“Mari saya antar ke dalam dulu, biar nanti bisa istirahat sebentar sambil ngopi,” ajaknya ramah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI