Suara.com - Seorang masinis Shinkansen minta maaf setelah meninggalkan kokpit saat kereta melesat dengan kecepatan 150 kilometer per jam dengan sekitar 160 penumpang di dalamnya.
Menyadur Kyodo News Jumat (21/05) pengemudi berusia 36 tahun itu keluar dari kokpit kereta Hikari No. 633 selama sekitar tiga menit untuk ke kamar mandi dan meminta seorang kondektur menggantikan posisinya.
Kejadian itu berlangsung sekitar pukul 8:15 pagi di hari Minggu, dengan kereta yang melaju antara stasiun Atami dan Mishima stasiun di Prefektur Shizuoka, kata operator.
Kondektur yang juga berumur 36 tahun dilaporkan tidak memiliki izin untuk mengemudikan kereta cepat tersebut.
Baca Juga: Pasca Gempa Jepang, Kereta Shinkansen Tertunda dan Warga Alami Krisis Air
Menurut perusahaan, itu adalah kasus pertama namun kasus serupa pernah terjadi tahun 2001 ketika seorang pengemudi memindahkan kereta yang tidak berfungsi.
JR Central melaporkan insiden itu ke Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata dan mengatakan itu sebagai pelanggaran peraturan kementerian.
Menyusul laporan tersebut, Masahiro Hayatsu, pejabat senior JR Central, menyampaikan permohonan maaf. "Itu adalah tindakan yang sangat tidak pantas. Kami minta maaf."
Perusahaan kini dilaporkan sedang mempertimbangkan tindakan hukum terhadap pengemudi dan kondektur tersebut.
Pejabat kementerian transportasi sangat menyesalkan kejadian tersebut karena tidak mematuhi peraturan pemerintah tidak sepenuhnya dipatuhi dan abai dengan keselamatan masyarakat.
Baca Juga: Top 3 Lifestyle: Shinkansen Terlambat, Yuni Shara Fashion Show Saat Banjir
Dalam persidangan, masinis menyebut tidak ingat apa yang terjadi karena sedang sakit perut. Namun, gambar kokpit mengonfirmasi tentang ketidakhadirannya.
"Saya ingin menghindari penundaan kereta dengan menghentikannya (di stasiun terdekat)," katanya seperti dikutip oleh perusahaan.
Sementara itu, kereta peluru (bullet) Jepang dapat berjalan sambil melambat secara bertahap jika tidak ada pengemudi dan bisa berhenti otomatis dalam keadaan darurat.