Suara.com - Data milik 279 juta penduduk Indonesia dikabarkam bocor dan dijual. Menanggapi itu, anggota Komisi II DPR Fraksi PKS Mardani Ali Sera menyebut kebocoran data itu sebagai kejadian luar biasa.
Mardani meminta dugaan kebocoran itu ditelusuri lebih lanjut hingga mengetahui siapa pelakunya.
"Ini kejadian luar biasa. Mesti ditelusuri di mana letak kebocorannya. Pelakunya mesti dihukum," kata Mardani kepada wartawan, Jumat (21/5/2021).
Di sisi lain, Mardani berujar adanya kebocoraan data ratusan juta penduduk itu menggambarkan bahwa data base Indonesia rentan disusupi.
"Tapi lebih penting lagi ini menunjukkan bahwa data base kita sangat rentan dan berbahaya. Keputusan sentralisasi data mesti diikuti dengan keamanan data yang super kuat,"
Mardani mengatakan nantinya Komisi II akan mendalami dugaan kebocoran data tersebut kepada Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri.
"Barusan kami konfirmasi, pihak Dirjen Dukcapil meyakini itu bukan struktur data dari Dukcapil. Tapi kami akan dalami," kata Mardani.
Sebelumnya, BPJS Kesehatan buka suara soal dugaan adanya kebocoran 279 juta data penduduk Indonesia yang disebar via Twitter. Saat ini, pihaknya sedang melakukan penelusuran untuk memastikan apakah kebocoran data memang berasal dari BPJS Kesehatan.
"Saat ini kami sedang melakukan penelusuran lebih lanjut untuk memastikan apakah data tersebut berasal dari BPJS Kesehatan atau bukan. Kami sudah mengerahkan tim khusus untuk sesegera mungkin melacak dan menemukan sumbernya," kata pihak BPJS ketika dikonfirmasi, Kamis (20/5/2021).
Baca Juga: 279 Juta Data Penduduk Indonesia Bocor, Kominfo: Belum Bisa Disimpulkan
Selain itu, pihak BPJS Kesehatan menegaskan bahwa mereka telah memastikan keamanan data peserta terlindung. Sebab lembaga tersebut memiliki sistem pengamanan data yang dinilai ketat dan berlapis.