Dibui 18 Tahun, Napi Tertua di Penjara Guantanamo Akhirnya Dibebaskan

Bangun Santoso Suara.Com
Jum'at, 21 Mei 2021 | 06:14 WIB
Dibui 18 Tahun, Napi Tertua di Penjara Guantanamo Akhirnya Dibebaskan
Ilustrasi tahanan di penjara. (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keluarga seorang pengusaha Pakistan, yang merupakan tahanan tertua di penjara Teluk Guantanamo, bersemangat menunggu kepulangannya setelah pemerintah Amerika Serikat menyetujui pembebasannya awal pekan ini.

Keluarga yang tinggal di daerah kelas atas di selatan kota pelabuhan Karachi menyambut gembira usulan pembebasan Saifullah Paracha, 73, yang ditangkap oleh personel intelijen AS dari Thailand pada 2003 karena diduga terafiliasi dengan Al-Qaeda.

Rencana pembebasan ini terjadi setahun setelah putra satu-satunya Saifullah Paracha, Uzair Paracha, dibebaskan dan dipulangkan ke Pakistan oleh otoritas AS setelah lebih dari 16 tahun dipenjara.

Pengusaha yang berbasis di Karachi itu terlibat dalam berbagai sektor bisnis, termasuk konstruksi. Dia juga memiliki bisnis dan properti di New York.

Sebelum ditangkap, mitra bisnis Amerika-Yahudi-nya dipaksa oleh CIA untuk mengundang Saifullah Paracha ke Thailand.

Pada Senin, sebuah dewan peninjau yang didirikan di bawah pemerintahan mantan presiden AS Barack Obama, menyatakan Saifullah Paracha "bukan ancaman berkelanjutan" bagi AS. Artinya, kecil kemungkinan dia akan kembali tergabung dalam kegiatan teroris setelah bebas.

Saifullah dituduh memfasilitasi setidaknya dua anggota Al-Qaeda yang terlibat dalam serangan teroris 9/11 di New York dan Washington secara finansial.

Saifullah, yang menderita sejumlah penyakit termasuk diabetes dan penyakit jantung, membantah keterlibatannya dalam terorisme. Dia menegaskan bahwa tidak tahu pria yang dihadapinya adalah anggota Al-Qaeda.

Beberapa bulan sebelum ditangkap, putranya, Uzair, yang berusia 37 tahun, juga telah ditangkap dengan tuduhan membantu tersangka militan untuk masuk ke AS melalui pemalsuan dokumen.

Baca Juga: Diduga Danai Kelompok Teroris, Jerman Gerebek Sebuah Organisasi Muslim

Uzair, lulusan Institut Administrasi Bisnis Pakistan, dipulangkan ke Pakistan tahun lalu setelah pemerintah AS memutuskan untuk tidak mengupayakan pengadilan baru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI