Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Bahrain memanggil duta besar Lebanon dan mengeluarkan keluhan resmi atas ucapan "menghina" tersebut.
Nayef al-Hajraf, sekretaris jenderal Dewan Kerjasama Teluk (GCC), menuntut permintaan maaf resmi dari Wehbe kepada negara-negara Teluk atas pernyataannya yang "tidak dapat diterima".
Menghadapi krisis ekonomi yang melumpuhkan, pemerintah Lebanon juga bergerak cepat untuk menjauhkan diri dari pernyataan yang membuat marah Riyadh, yang pernah menjadi pendukung keuangan utama Beirut.
Presiden Aoun mengatakan komentar itu adalah "pendapat pribadi" Wehbe dan tidak mencerminkan posisi negara, karena dia memuji hubungan "persaudaraan" dengan Arab Saudi dan Teluk.
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan dia telah meminta penjelasan dari Wehbe dan menegaskan bahwa negaranya ingin mempertahankan "hubungan baik" dengan Arab Saudi dan Teluk.
Bulan lalu, Arab Saudi mengumumkan penangguhan impor buah dan sayuran dari Lebanon, mengatakan pengiriman tersebut digunakan untuk penyelundupan narkoba.
Keputusan itu merupakan pukulan telak bagi Lebanon, yang sedang menghadapi krisis ekonomi terparah sejak perang saudara 1975-1990.