TNI akan Adukan Media Online ke Dewan Pers terkait Papua

Siswanto Suara.Com
Kamis, 20 Mei 2021 | 15:25 WIB
TNI akan Adukan Media Online ke Dewan Pers terkait Papua
Dewan Pers
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III TNI mengagendakan pelaporan terhadap media daring suarapapua.com ke Dewan Pers terkait pemberitaan konflik di Papua.

"Kami sangat keberatan terhadap artikel yang dimuat suarapapua.com itu. Kami akan mengadukan ke Dewan Pers dalam waktu dekat," kata Perwira Penerangan (Papen) Kogabwilhan III Lekol Laut Deni Wahidin dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Kamis (20/5/2012).

Deni menjelaskan dalam artikel itu, militer menembak mati tiga perempuan muda di Gereja Kingmi, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.

Redaksi Suara Papua mengakui bahwa berita yang diterbitkan pada Minggu, 15 Mei 2021 berjudul "Breaking News: Militer Indonesia Tembak Mati 3 Anak Perempuan Muda di Kab. Puncak" adalah berita yang keliru dan berisi informasi yang tidak akurat dan tidak benar.

Baca Juga: Gugur di Papua, Jenazah Prada Ardi Yudi Dimakamkan Secara Militer di Malaka

Redaksi mengakui tidak melakukan konfirmasi kepada Satgas Nemangkawi di Mabes Polri maupun Kogabwilhan III di Timika terkait berita yang telah diterbitkan. Redaksi hanya mengutip seorang sumber yang tidak disebutkan namanya.

Redaksi Suara Papua menyampaikan permintaan maaf kepada Pasukan Gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam Satuan Tugas Nemangkawi yang sedang melakukan operasi penegakan hukum di Kabupaten Puncak. Kedua, kepada pembaca yang secara langsung menerima informasi dan memunculkan berbagai macam asumsi atas berita tersebut.

Redaksi Suara Papua telah mencabut berita itu, seiring bantahan yang muncul dari Pendeta Menase Lebene, Ketua Klasis Gereja Kingmi di Ilaga Utara. Pendeta Menase menegaskan kabar tiga perempuan tewas ditembak militer, tidak benar.

Wakil Ketua Dewan Pers Hendry Ch Bangun menanggapi pencabutan berita tersebut.

Dia menilai pencabutan berita merupakan langkah yang salah.

Baca Juga: Kuat dan Solid, Kunci Agar RI Jadi Poros Maritim Dunia

"Jadi, pencabutan berita, kalau tidak terkait SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), kesusilaan, dan masa depan anak, harus berdasarkan putusan Dewan Pers. Tidak bisa asal cabut. Yang boleh adalah ralat atau perbaikan karena beritanya salah," kata Hendry.

Dalam kasus di atas, kata Hendry, informasi yang tidak dikonfirmasi dan dijadikan berita tidak bisa dicabut atau dihapus begitu saja. Sebaiknya, berita itu cukup diralat dan harus ditautkan dengan berita sebelumnya, agar pembaca tahu bahwa berita pertama yang dimuat pada 15 Mei, sebuah kesalahan.

Namun faktanya, artikel yang dipastikan hoaks itu telah dicabut. Tautan artikel berita itu tidak lagi bisa dibuka.

Hendry mengatakan para pihak yang merasa dirugikan bisa mengadu ke Dewan Pers.

"Bisa diadukan ke Dewan Pers. Mereka keliru dalam memahami Pedoman Pemberitaan Media Siber," ujar Hendry pula.

Sebelumnya, Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa mengatakan pihaknya menemukan media online Suarapapua.com memuat pemberitaan terkait.

Ia menegaskan kabar tersebut hoaks.

"Tidak ada kejadian seperti yang diberitakan," kata Suriastawa.

Kasatgas Humas Nemangkawi Kombes Pol M Iqbal Alqudussy juga menambahkan berita aparat gabungan menembak mati 3 perempuan itu hoaks.

Iqbal mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi oleh berita yang disampaikan secara sepihak.

"Penegakan hukum kepada kelompok teroris dilakukan secara tegas dan terukur,” ujar Iqbal. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI