Ahli di Sidang Rizieq: Undangan Keagamaan Tak Bisa Disebut Sebagai Hasutan
"Tadi Dokter Frans mengatakan kalau penghasutan konotasinya negatif di sana ada niat jahat."
Suara.com - Ahli bahasa Universitas Indonesia, Frans Asisi Datang, menyampaikan bahwa undangan acara keagamaan tidak bisa disebut atau dikategorikan sebagai penghasutan. Pasalnya, undangan dengan penghasutan dianggap berbeda.
Hal itu disampaikan Frans ketika dihadirkan sebagai saksi ahli dalam sidang lanjutan Habib Rizieq Shihab dalam kasus kerumunan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Senin (17/5/2021).
Awalnya Rizieq sebagai terdakwa bertanya kepada Frans terkait dengan sebuah undangan keagamaan dari agama apa pun apakah bisa dikategorikan sebagai sebuah penghasutan atau tidak.
"Tadi Dokter Frans mengatakan kalau penghasutan konotasinya negatif di sana ada niat jahat. Apakah undangan keagamaan apa pun agamanya apakah itu untuk undangan salat di Mesjid atau kebaktian di Gereja atau ibadah di Klenteng Pura dan lain sebagainya undangan keagamaan untuk melaksanakan suatu ritual apakah itu bisa dikategorikan sebagai hasutan itu saja?," tanya Rizieq.
Baca Juga: Beda Sikap Rizieq Shihab Soal Kasus Ahok vs Suswono Jadi Omongan, Bak Langit dan Bumi
Mendengar hal itu, Frans kemudian memberikan tanggapannya. Ia menilai kalau undangan keagamaan berbeda dengan penghasutan. Sehingga undangan keagamaan tidak bisa dikategorikan sebagai hasutan.
"Terima kasih ya mulia sekali lagi hasutan berbeda sekali dengan undangan. Jadi undangan keagamaan itu tidak bisa dikategorikan sebagai hasutan terimakasih," jawab Frans.
Sebelumnya dalam persidangan juga salah satu kuasa hukum Rizieq sempat mempertanyakan soal frasa undangan dan penghasutan. Frans menjawab, kalau penghasutan lebih berkonotasi negatif sebab bisa membangkitkan orang marah.
"Kata hasutan dengan undangan dua kata yang beda maknanya sama sekali. Mengundang berarti mempersilakan hadir dalam rapat, perjamuan, dan sebagainya, sedangkan hasutan itu maknanya lebih ke membangkitkan hati orang supaya marah, dua hal yang berbeda," jelas Frans.
Untuk diketahui, dalam kasus kerumunan Petamburan, Rizieq didakwa telah melakukan penghasutan hingga ciptakan kerumunan di Petamburan dalam acara pernikahan putrinya dan maulid nabi Muhammad SAW.
Sebelumnya dirinya juga sudah dikenakan sanksi denda administrasi oleh Pemprov DKI sebesar Rp50 juta.
Sementara dalam kasus kerumunan Megamendung, Rizieq didakwa telah melanggar aturan kekarantinaan kesehatan dengan menghadiri acara di Pondok Pesantren Agrokultural Markaz Syariah, Megamendung, Puncak, Kabupaten Bogor 13 November 2020 lalu.