Mayat Korban Covid-19 yang Mengapung di Sungai Gangga Mencapai 2 Ribu

Senin, 17 Mei 2021 | 13:01 WIB
Mayat Korban Covid-19 yang Mengapung di Sungai Gangga Mencapai 2 Ribu
Warga India menggelar ritual terakhir sebelum mengkremasi familinya yang wafat akibat Covid-19 di tepi Sungai Gangga, India pada 5 Mei 2021. [AFP/Prakash Singh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penemuan mayat korban covid-19 yang mengapung di sungai Gangga terus membludak. Menyadur Metro Senin (17/05), jumlah mayat-mayat itu bahkan mencapai 2 ribu.

Pejabat mengatakan, mayat yang mengapung di sungai Gangga itu berasal dari keluarga miskin yang tak mampu bayar biaya kremasi atau pemakaman yang layak.

Bagi beberapa warga desa, membuang jenazah orang yang dicintai ke sungai Gangga yang dianggap suci adalah sebuah solusi paling masuk akal. Padahal sebenarnya, keputusan itu justru membuat wabah semakin menyebar.

Tak hanya virus corona, berbagai risiko kesehatan lainnya juga mengintai penduduk India di Uttar Pradesh dan Bihar.

Baca Juga: Virus Corona India Alami Mutasi Ganda dan Berita Hits Kesehatan Lainnya

Pejabat pemerintah federal mengatakan pada surat kabar Asian Age bahwa semua jenazah yang ditemukan telah ditangani dengan ritual keagamaan yang tepat.

Jembatan Lakshman Jhula di Sungai Gangga, India. (Unsplash/@Paul Houston)
Ilustrasi Sungai Gangga, India. (Unsplash/@Paul Houston)

Navneet Sehgal, juru bicara pemerintah Uttar Pradesh, menolak mengonfirmasi angka yang diutarakan oleh Asian Age tapi pihaknya mengakui polisi telah dikerahkan di sepanjang sungai.

Dia membantah klaim bahwa mayat tidak dikuburkan karena putus asa. Menurutnya, beberapa desa di tepi sungai tidak mengkremasi jenazah selama periode tertentu yang memiliki makna religius.

"Kami terus menemukan 10 hingga 20 mayat sesekali. Selain penempatan polisi, kami juga telah mengirim komunikasi ke otoritas lokal agar praktik ini dihentikan", tambahnya.

Pemerintah India baru-baru ini menerima rekomendasi panel penasihat sains untuk memperlebar jarak antara dosis vaksin dari 12 menjadi 16 minggu.

Baca Juga: Varian Virus Corona India Punya Mutasi Ganda, Apa Aja itu?

Banyak negara bagian mengeluh kekurangan vaksin, tapi penasihat pemerintah VK Paul mengatakan langkah itu adalah keputusan ilmiah dan bukan kebijaksanaan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI