Suara.com - Mendengarkan khutbah merupakan sunnah untuk menyempurnakan shalat Idul fitri. Mengingat lebaran kali ini masih dalam suasana pandemi Covid-19, khutbah di masa pandemi mungkin bisa jadi pilihan yang tepat untuk dilakukan setelah shalat Idul Fitri.
Pelaksanaan khutbah Idul fitri dilakukan dua kali. Khutbah pertama diawali dengan takbir sebanyak 9 kali dan khutbah kedua dimlai dengan takbir sebanyak 7 kali.
Berikut contoh khutbah Idul fitri di tengah pandemi sebagaimana dirangkum dari khutbah Ustaz Ahmad Mundzir di situs NU Online:
Ayyuhal hadlirun hafidhakumullah,
Alhamdulillah, pada pagi hari yang penuh kemuliaan ini, kita semua masih diberi kesempatan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bisa bersujud, bersimpuh mengumandangkan takbir, mengagungkan nama Allah, bertahmid, mengucap syukur, berterima kasih kepada Allah, dan bertahlil, mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala.
Kita pun telah diberi anugerah oleh Allah bisa menyelesaikan ibadah puasa selama sebulan penuh. Pada hakikatnya, ibadah yang kita lakukan, bukan atas kuasa kita sendiri, namun semata-mata pemberian dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Idul Fitri merupakan hari raya khusus bagi orang yang berpuasa. Id artinya hari raya. Fathara artinya berbuka puasa. Bagi orang yang kemarin-kemarin menjalankan perintah Allah dengan berpuasa sebulan penuh, hari ini adalah hari raya berupa diperbolehkannya makan dan minum.

Bahkan kita hari ini diharamkan menjalankan puasa. Inilah yang dinamakan fathara. Sarapan (makan pagi) dalam bahasa Arab adalah fithr. Karena itu, zakatul fithr sebenarnya adalah zakat untuk makan pada hari raya idul Fitri.
Harapannya, pada hari raya ini, semua umat muslim yang mempunyai kelebihan makan sehari semalan hari raya ini, harus berbagi bahan makanan pokok kepada orang miskin di sekitarnya, sehingga pada hari raya ini, semua orang bisa merasakan nikmatnya makan. Hal ini merupakan salah satu hikmah yang dapat kita petik dari idul fithr, hari raya makan-makan.
Baca Juga: Bagaimana Bila Tertinggal Rakaat Pertama Salat Idul Fitri?
Setelah orang berpuasa dan membayarkan zakat fithrahnya, hari raya merupakan kabar gembira atas diterimanya amal orang yang sungguh-sungguh berpuasa, bertobat, shalat malam, shalat tarawih, i’tikaf, sedekah, dan lain sebagainya. Allah akan menghapus semua keburukan mereka kemudian diganti dengan kebaikan-kebaikan.