Debt Collector Penghadang Serda Nurhadi Eks Sekuriti Korban PHK

Senin, 10 Mei 2021 | 17:05 WIB
Debt Collector Penghadang Serda Nurhadi Eks Sekuriti Korban PHK
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus. (Suara.com/M Yasir)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fakta baru terungkap di balik latar belakang profesi debt collector ilegal yang menghadang anggota TNI, Serda Nurhadi di Jakarta Utara. Ternyata, sebagian dari mereka merupakan mantan sekuriti.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan, mereka merupakan mantan pegawai sekuriti yang dinonaktifkan karena pandemi Covid-19.

"Dikarenakan pandemi Covid-19 para pelaku dinonaktifkan pekerjaannya. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para pelaku menyambi sebagai debt collector," kata Yusri kepada wartawan, Senin (10/5/2021).

Adapun, Yusri menyebut upah yang mereka terima bervariasi. Mulai dari Rp300 ribu hingga Rp1 juta per orangnya. "Tergantung dari jenis kendaraannya," ujarnya.

Baca Juga: 11 Debt Collector Pengadang Serda Nurhadi Ilegal, Polisi: Ini Preman Semua

Ilegal

Yusri sebelumnya menyebut 11 debt collector yang menghadang Serda Nurhadi ilegal. Mereka tidak dibekali Sertifikat Profesi Penagihan Pembiayaan alias SPPP.

"Ini preman-preman semuanya, tidak sah. Ini mereka ilegal semuanya, tidak punya kekuatan hukum," terang Yusri.

Yusri menuturkan sebelas debt collector ilegal itu direkrut oleh PT ACKJ. Perusahaan tersebut awalnya mendapat mandat atau surat kuasa dari PT Clipan Finance untuk melakukan penarikan mobil terhadap debitur yang menunggak.

Hanya saja, kata Yusri, PT ACKJ merekrut preman-preman untuk melakukan pekerjaan tersebut. Padahal, semestinya mereka merekrut orang-orang yang miliki SPPP.

Baca Juga: Debt Collector yang Cegat Serda Nurhadi Akui Khilaf dan Minta Maaf

"Walaupun surat kuasa ada tapi tidak memiliki klasifikasi, keahlian, tidak memiliki dasar-dasar, SPPP-nya tidak ada sama sekali. Jadi itu tidak boleh. Itu ilegal," jelasnya.

Sebelumnya, tim gabungan Kodam Jaya dan Polda Metro Jaya mengamankan debt collector yang sempat menghadang Serda Nurhadi. Total debt collector yang diamankan berjumlah 11 orang.

Aksi premanisme oknum debt collector terhadap Serda Nurhadi terjadi pada Kamis (6/5) siang. Mulanya, Serda Nurhadi yang merupakan Babinsa Ramil Semper Timur II/O5 Kodim Utara 0502 mendapat laporan dari Satpol PP adanya mobil milik warga yang hendak menuju ke rumah sakit dihadang oleh sepuluh debt collector hingga menimbulkan kemacetan. Sehingga anggota Babinsa tersebut berinisiatif untuk membantu dan mengambil alih supir mobil untuk mengantar ke rumah sakit melalui jalan Tol Koja Barat.

"Namun dikerubuti oleh beberapa orang debt collector, karena kondisi kurang bagus maka Serda Nurhadi membawa mobil tersebut ke Polres Jakut dengan diikuti oleh beberapa orang debt collector," tutur Kapendam Jaya Kolonel Arh Herwin BS kepada wartawan, Minggu (9/5) kemarin.

Herwin menyebut kendaraan Honda Mobilio dengan nomor polisi B 2638 BZK itu merupakan milik warga Tanjung Priok bernama Naras. Serda Nurhadi, kata Herwin, tidak mengetahui terkait permasalahan angsuran mobil tersebut.

Dalam perkara ini sebelas debt collector ilegal itu telah ditetapkan sebagai tersangka. Sebelas tersangka itu masing-masing Hendry Leatomu (27), Yosep Meka (23), Jhon Adri (29), Hanoch Hamnes (26), Piter (29), Gerio (38), Gerry (27), Joefare (21), Alfian (27), Donny (26), dan Hervy (25). Mereka dijerat dengan Pasal 335 Ayat 1 dan atau 365 Ayat 1 Juncto Pasal 53 KUHP degan ancaman 9 tahun penjara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI