Suatu hari ketika sedang proses penguburan, setelah meletakkan jenazah di dasar liang lahat, tahapan berikutnya membuka tali kain kafan yang membungkus jenazah, kemudian memiringkan jenazah untuk memberinya kesempatan mencium bumi sebanyak tiga kali.
“Terus terang saja saya juga nggak mau ngaku paling bener apa gimana. Kadang(jenazah) susah digalar gilirnya. Kadang yang mudah ya mudah banget.”
“Kadang-kadang kita udah bener-bener nggali lahan, tapi kadang-kadang tanah agak susah dimasukin jenazah, nyempit gitu. Mungkin tergantung kelakuan semasa hidupnya dia.”
Di tengah perkembangan zaman yang cenderung membuat masyarakat semakin individual, Gunan bersyukur sebagian besar penduduk Desa Bojongkulur tetap menjaga budaya gotong royong dan bahkan semakin guyup rukun.
Ketika ada warga yang meninggal dunia, warga sekitarnya secara sukarela datang memberikan bantuan untuk meringankan beban keluarga sekaligus menguatkan mereka.
“Nggak selalu mengandalkan,” kata dia.
Budaya gotong royong yang masih dipegang mayoritas penduduk Desa Bojongkulur pernah dipuji Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar ketika mengunjungi desa ini dalam rangka program dana desa pada Rabu, 4 Desember 2019.
Abdul Halim bahkan menyebutnya sebagai salah satu desa di Indonesia yang mendekati "desa surga."
"Desa ini bagus, banyak hal yang bisa kita lihat pertama dari sisi pelayanan masyarakatnya, pemerintahnya, warga desanya semua guyub. Desa milik kita harus dikelola dengan baik dan saya berharap desa ini menjadi embrio dari desa surga, yaitu desa yang semuanya untuk warga. Desa surga adalah desa yang warganya nyaman dengan tempat itu sehingga tidak berpikiran pindah kemana-mana dan rasa kepemilikan terhadap desa bagus," kata Abdul Halim (Tempo.co, Kamis, 5 Desember 2019 10:47 WIB).
Baca Juga: Kisah di Balik Sukaria Badut Jalanan
Gunan berharap budaya tolong menolong sesama warga selalu terjaga, walaupun zaman terus berubah.