Suara.com - Salah satu negara bagian di India bagian selatan memutuskan untuk lockdown mulai hari Sabtu (8/5) ketika kasus kematian mencapai 4.000 dalam 24 jam.
Menyadur Straits Times, Sabtu (8/5/2021) Kementerian Kesehatan India melaporkan 4.187 kematian selama 24 jam terakhir, menjadikan total kasus kematian nyaris 240.000.
Setelah pengumuman tersebut, Tamil Nadu mengatakan akan menutup seluruh negara bagian mulai hari Senin dan berlangsung hingga 24 Mei.
Toko-toko dan bisnis lainnya akan diizinkan buka pada hari Sabtu dan Minggu untuk memberikan waktu kepada warga mempersiapkan lockdown.
Baca Juga: Berbeda dengan Ketua Satgas COVID 19, Sumbar Izinkan Warga Mudik Lokal
Negara tetangga Karnataka, rumah bagi ibu kota teknologi India, Bengaluru, mengumumkan pada Jumat malam bahwa mereka juga akan lockdown hingga 24 Mei.
Para ahli, yang telah menyatakan keraguan tentang jumlah kematian resmi, mengatakan India kemungkinan masih akan terus diterpa lonjakan kasus hingga akhir Mei.
Sementara situasi di kota-kota besar seperti New Delhi dan Mumbai mulai stabil, Covid-19 mulai menyebar dengan cepat di negara bagian selatan dan daerah pedesaan.
Bangalore, yang mengalami 1.907 kematian akibat Covid-19 pada bulan April, telah mencatat lebih dari 950 kematian hanya dalam tujuh hari pertama bulan Mei.
Kekurangan oksigen dan ruang perawatan kritis dituding menjadi penyebab atas meningkatnya kasus kematian secara dramatis.
Baca Juga: WHO Sebut Urutan Prioritas Vaksinasi Covid-19, Anak-Anak Belakangan?
Kota berpenduduk sembilan juta orang itu memberlakukan pembatasannya sendiri pada pergerakan pada 25 April, namun belum menunjukkan tanda-tanda penurunan kasus.
Kasus dan kematian akibat Covid-19 juga meningkat di negara bagian Benggala Barat, yang sempat terjadi kampanye besar yang diorganisir oleh Perdana Menteri Narendra Modi dan saingan beratnya, menteri utama negara bagian Mamata Banerjee. Kota utama, Kolkata, juga mengalami kekurangan oksigen dan ruang perawatan intensif.
Pakar kesehatan India telah memperingatkan kemungkinan gelombang ketiga infeksi. "Fase 3 tidak bisa dihindari, mengingat tingginya tingkat virus yang beredar," kata penasihat ilmiah utama pemerintah, K. VijayRaghavan dalam jumpa pers.
"Tapi tidak jelas pada skala waktu apa fase 3 ini akan terjadi ... Kita harus bersiap untuk gelombang baru." tegasnya.