Suara.com - Rencana dibentuknya poros Partai Islam untuk wadah berkoalisi mencuat, usai pertemuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terkait kepentingan kontestasi pemilihan umum. Namun, untuk merealisasikan poros Partai Islam dinilai sulit dibentuk.
Cendikiawan Muslim Prof Azyumardi Azra membeberkan, ada sejumlah faktor yang membuat poros Partai Islam sulit tercipta.
Dia mengemukakan, ada tiga alasan. Faktor pertama, yakni kerap berubah-ubahnya perolehan suara Parpol Islam.
"Susah walaupun sama berbasis islam, PKS dengan PPP itu susah. Enggak mungkin itu. Tergantung dari politiknya, tergantung dari macam-macam lah faktornya. Jadi ini permasalahan pertama yang harus diatasi," katanya dalam sebuah diskusi daring bertajuk 'Prospek Poros Islam dalam Kontestasi 2024', Jumat (7/5/2021).
Baca Juga: Akademisi: Wacana Koalisi Partai Islam Dapat Membawa Semangat Universal
Faktor kedua, kata Azyumardi, political culture atau budaya politik kaum muslim yang tidak kondusif bagi Partai Islam. Pasalnya, pemilih kebanyakan bersifat fleksibel walaupun dia beragama Islam.
"Cuma kesalehan itu tidak diterjemahkan, tidak diaktualisasikan dalam sikap politik," ungkapnya.
Kemudian faktor yang ketiga, yakni tidak adanya kepemimpinan kuat dari Partai-partai Islam di Indonesia. Mengacu hasil survei, kata dia, tidak ada muncul nama tokoh dengan latar belakang santri.
Kalau pun ada, menurutnya hanya nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang disebut mewakili.
"Ini jadi masalah. Apakah bisa menantang hegemoni ini, karena dengan hegemoni besar itu jadi sulit bagi partai-partai islam atau santri ini untuk berkiprah lebih leluasa. Itu susah," katanya.
Baca Juga: Tiga Alasan Koalisi Partai Islam di Mata Din Syamsuddin