Suara.com - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 meminta masyarakat untuk semakin disiplin protokol kesehatan karena mutasi corona dikhawatirkan berpengaruh pada efektivitas vaksin dan akurasi testing.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, mutasi virus akan berdampak buruk pada meningkatnya laju penularan akibat terjadinya perubahan pada karakteristik virus dan akan juga merubah sifat bilogisnya.
"Ini berpotensi juga menurunkan akurasi testing, karena lokasi-lokasi mutasi atau hotspot yang berbeda-beda pada setiap varian. Sehingga dapat menurunkan akurasi pemeriksaan PCR," kata Wiku dalam jumpa pers virtual, Kamis (5/6/2021).
Selain itu, mutasi virus ini akan menurunkan efektifitas vaksin karena umumnya vaksin dikembangkan dengan jenis-jenis virus yang spesifik.
Baca Juga: 6 Potret Perjuangan Raditya Oloan Melawan Covid-19 Sampai Akhir Hayat
"Jika mutasi virus dibiarkan, maka akan semakin banyak varian COVID-19 yang muncul dan berpotensi berdampak buruk dalam upaya pengendalian COVID-19," jelasnya.
Wiku menyebut berbagai kekhawatiran ini tengah ditelaah secara medis oleh ilmuan baik di dalam maupun di luar negeri.
"Potensi efek negatif ini sedang dipelajari lebih lanjut, dan semua temuan hasilnya akan diberitahukan kepada masyarakat," imbuh Wiku.
Terkait mutasi virus, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasi varian of concern atau varian yang sudah ditetapkan sebagai varian yang mengalami perubahan karakteristik dari karakteristik semula yang berupa angka dan huruf seperti B117, B1357, B11281 atau P1.
Indonesia sendiri sudah terdeteksi dua mutasi varian of concern, yakni B117 asal Inggris, dan B1357 asal Afrika Selatan.
Baca Juga: Pulang Dari Timur Tengah, Warga Tangerang Terpapar Covid-19 Varian Baru
Pemerintah terus melakukan metode pencarian strain virus baru dengan Whole Genome Sequencing. Data Kementerian Kesehatan per 4 Mei lalu menyebutkan saat ini Indonesia berhasil melakukan pemeriksaan WGS sebanyak 1.228 kasus.
Kemudian ada pula varian of interest, yaitu virus yang mengalami perubahan genetik namun karakteristiknya masih belum bisa dipastikan yaitu varian yang belum disebutkan sebelumnya.
Pada prinsipnya, virus COVID-19 adalah salah satu bentuk virus RNA (ribonucleic acid) yang secara alamiah jumlah kejadian mutasinya lebih banyak daripada jenis virus DNA (deoxyribonucleic acid).
Karenanya bentuk virus COVID-19 sebagai virus RNA sangat wajar jika kemunculan variannya berkembang sangat cepat saat ini.