Dinamika Persoalan Papua: Perempuan, Peran Anak Muda, dan Otonomi Khusus

Selasa, 04 Mei 2021 | 17:24 WIB
Dinamika Persoalan Papua: Perempuan, Peran Anak Muda, dan Otonomi Khusus
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berbagai penelitian LIPI mengungkapkan pembangunan di Papua masih belum mampu memenuhi kebutuhan warga, terutama perempuan. Dana otonomi khusus juga tidak dapat mengakhiri konflik secara keseluruhan.

Selama 40 tahun, sekitar 200 peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan lebih dari 150 kegiatan ilmiah di Papua yang mencakup berbagai disiplin ilmu.

Hasil penelitian tersebut kemudian didokumentasikan dan dapat diakses publik melalui laman pusat informasi Papua yang telah diluncurkan pada Senin (03/04).

Situs web dokumentasi Papua bisa dijadikan sebagai sumber data dalam penyusunan kebijakan dan program pembangunan wilayah.

Selain topik mengenai pembangunan pulau-pulau terluar dan otonomi khusus, kajian dan riset LIPI juga mengambil topik marjinalisasi dan diskriminasi terhadap perempuan.

Melalui diskusi virtual, pemberdayaan perempuan diharapkan dapat segera ditindaklanjuti bersama demi meningkatkan kesejahteraan perempuan dan anak, serta mendorong kesetaraan gender di Tanah Papua.

Frida Tabita Klasin, aktivis Papuan Women's Working Group, mengungkapkan beberapa kondisi yang kerap kali menghambat peran perempuan, di antaranya adalah pemikiran dan sikap yang sering menomorduakan kaum perempuan dalam komunitas, penindasan oleh kebiasaan-kebiasaan atas nama adat dan budaya patriarki, hingga tidak dapat menyampaikan pendapat karena dibatasi dalam ruang publik.

"Tidak ada yang berubah, perempuan jadi tulang punggung keluarga, tetapi apa yang mereka dapatkan jauh dari cukup. Kemiskinan mewarnai kehidupan perempuan, termasuk tingginya kasus kematian ibu melahirkan,” katanya.

Frida mengatakan pembangunan yang baik melibatkan partisipasi semua pihak, termasuk perempuan. Namun, kondisi tersebut belum sepenuhnya terwujud karena dominasi adat dan kebiasaan lebih berpihak kepada laki-laki ketimbang perempuan dalam kehidupan bersama.

Baca Juga: Arkeolog Temukan Jejak Manusia Prasejarah di Papua Barat

"Dalam penelitian didapati di tempat-tempat yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam, kantong kemiskinan paling kuat di sana dan dampak paling parah dirasakan oleh perempuan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI