Suara.com - Beberapa perbatasan memang telah ditutup, namun masih banyak warga menyeberang lewat 'jalur tikus'. Jumlah kasus COVID-19 saat ini telah meningkat di Nepal dan Bangladesh.
Saat India tengah diterjang tsunami COVID-19, tetangga seperti Nepal, Bangladesh, dan Pakistan juga melaporkan peningkatan kasus baru baru-baru ini.
Peristiwa ini mendorong pihak berwenang di negara-negara tersebut untuk menutup perbatasan dan membatasi perjalanan.
Namun, tetap ada juga 'jalur tikus' di mana banyak orang dapat menyeberang lintas perbatasan, bolak-balik setiap hari.
Baca Juga: Covid di India Makin Parah: RS Kekurangan Oksigen, Pasien Antre 12 Jam
Para ilmuwan sedang memeriksa apakah varian virus corona mutan ganda baru adalah penyebab tsunami COVID-19 di India saat ini.
Varian tersebut, yang disebut B.1.617 dan digambarkan sebagai "mutasi super", awalnya terdeteksi di India dan sekarang telah ditemukan di setidaknya 17 negara, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO mengatakan bahwa pemodelan awal berdasarkan sekuensing genetik menunjukkan bahwa varian B.1.617 bisa lebih menular.
"Virus ini tidak menghormati batas negara dan tidak memerlukan paspor. Mutan ganda menunjukkan bahwa ia lebih menular daripada varian lain yang beredar di India, menunjukkan potensi peningkatan penularan," ujar T Jacob John, virolog dari India, kepada DW.
Kasus COVID-19 di Nepal meningkat Nepal, negara dengan populasi lebih dari 24 juta orang, berbatasan dengan lima negara bagian di India utara yakni: Uttarakhand, Uttar Pradesh, Bihar, Benggala Barat, dan Sikkim.
Baca Juga: Australia Ancam akan Penjarakan Pelancong dari India yang Nekad Masuk
Pada bulan Februari, tingkat infeksi COVID-19 Nepal berkisar antara 150 hingga 200 kasus baru setiap hari. Namun selama dua minggu terakhir, Nepal telah melaporkan ribuan kasus baru setiap hari, yang bertepatan dengan lonjakan infeksi di India saat ini.
"Ini benar-benar mengerikan, dan kami adalah negara kecil. Saat ini, kami melihat hampir 4.000 hingga 5.000 kasus di seluruh negeri, dan banyak kasus berada di provinsi Lumbini (yang berbatasan dengan India)," Ranjeet Baral, dokter di Kathmandu, Nepal, mengatakan kepada DW.
Diperkirakan sekitar 6 juta orang Nepal tinggal dan bekerja di India, dan, mengingat sifat perbatasan kedua negara yang memiliki banyak celah, orang sering kali bebas menyeberang.
Perbatasan sempat ditutup selama beberapa waktu selama masa lockdown di India tahun lalu, tetapi sejak itu telah dibuka kembali.
Seorang dokter di Nepal mengatakan bahwa meski sejauh ini tingkat kematian relatif rendah, tingkat infeksi COVID-19 tinggi terjadi di kalangan remaja yang berpeluang lebih tinggi menyebarkan virus.
"Infrastruktur kesehatan kami telah kewalahan, dan kami kehabisan tempat tidur. Ahli epidemiologi telah mendeteksi varian India dan kami mungkin menghadapi potensi krisis," kata Baral.
Bangladesh tutup perbatasan, Pakistan waspada Wabah corona di India tampaknya juga telah sampai di Bangladesh timur.
Pihak berwenang di sana telah membatasi pergerakan orang dengan menutup perbatasan selama dua minggu.
Komite Penasihat Teknis Nasional Bangladesh untuk COVID-19 juga merekomendasikan agar perbatasan tidak dibuka kembali sampai situasi di India membaik.
Komite tersebut menekankan bahwa pemerintah harus mengambil tindakan tegas untuk menjaga sebaran "varian India".
"Pihak otoritas yang lebih tinggi telah memutuskan untuk menutup perbatasan selama dua minggu. Rute darat dengan India akan ditutup mulai 26 April," ujar Menteri Dalam Negeri Bangladesh, Asaduzzamman Khan Kamal, baru-baru ini kepada wartawan di Dhaka.
Sejak 15 Maret yakni saat infeksi COVID-19 di Bangladesh mulai meningkat, hingga 28 April, infeksi baru di negara itu melonjak menjadi lebih dari 190 ribu kasus.
Saat ini, total kasus di Bangladesh mencapai lebih dari 757.000. Di perbatasan bagian barat India, kasus COVID-19 juga telah meningkat di Pakistan sejak awal Maret, bertepatan dengan wabah gelombang kedua di India.
Masih belum diketahui apakah varian India telah dilaporkan dalam infeksi baru ini, namun perjalanan dari India ke Pakistan telah dilarang sejak 19 April.
"Virus akan melintasi perbatasan ketika orang melintasi perbatasan. Saya tidak terkejut bahwa kita melihat adanya lonjakan (infeksi) di sekitar kita," kata virolog Shahid Jameel kepada DW. (ae/yp)