Suara.com - Seperti apa pengalaman bekerja di balik kostum badut dan menghibur orang-orang di jalanan? Bagaimana rasanya seharian berdiri di tepi jalan dalam balutan kostum tebal? Dan bagaimana dia memandang kehidupan?
AHMAD (bukan nama sebenarnya) kini berusia 56 tahun. Dia seorang pekerja di balik kostum badut. Hampir tiap hari berdiri sambil bergoyang atau melambai-lambaikan tangan untuk menarik perhatian orang-orang yang melintasi bundaran Pasar Pocong, Desa Bojong Kulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Pada waktu saya temui di teras rumah kosong, dia sedang persiapan pertunjukan. Tangannya sibuk memakai kostum badut karakter Boboiboy. Kepala kostum boneka Boboiboy masih tergeletak di lantai penuh debu, belum sempat dia pasang.
Membadut -- demikian Ahmad menyebutnya -- dilakoni karena terdesak oleh keadaan.
Lelaki dengan tujuh anak dan tujuh cucu ini percaya, membadut barangkali menjadi salah satu jalan untuk lepas dari kesulitan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Dia percaya sudah jalannya untuk waktu sekarang menjalani pekerjaan yang penuh peluh sepanjang hari di balik kostum badut, dan mungkin besok atau lusa datang kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan.
![Badut karakter animasi [Suara.com/Siswanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/02/81054-badut-karakter-animasi-suaracomsiswanto.jpg)
Mengingat masa lalu
Jauh sebelum menjadi pekerja badut karakter tokoh film animasi, lelaki asal Lampung ini bekerja untuk perusahaan garment di salah satu kawasan industri Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Basic pekerjaannya tata udara.
Kemudian dia beberapakali pindah perusahaan dengan posisi yang bagus.
Baca Juga: Kisah Penyedot Tinja: Rezeki dan Malapetaka di Balik Tahi
Pada 2000, banyak perusahaan, terutama yang bergerak di bidang shoes dan garment, gulung tikar karena dilibas krisis moneter berkepanjangan.