Suara.com - Presiden Brasil Jair Bolsonaro telah meminta bantuan asing sebesar lebih dari Rp14,45 triliun ($1 miliar) setahun untuk mengurangi deforestasi ilegal di hutan hujan Amazon. Padahal, di bawah kepemimpinan Bolsonaro juga, penebangan hutan di Amazon Brasil terus melonjak yang membahayakan penghidupan beberapa komunitas adat paling rentan di dunia.
Kepala koresponden lingkungan kami, Justin Rowlatt, telah mencoba mencari tahu apa artinya hal ini bagi suku Amazon yang pertama kali dia temui pada tahun 2010.
Saya merasa seperti Mr Bean, tokoh TV berwajah karet yang diperankan oleh Rowan Atkinson, ketika pertama kali mengunjungi suku Awa lebih dari satu dekade lalu.
Saat itu, saya berharap jurang budaya yang menganga akan terhubung dengan mereka yang kesulitan. Meskipun, beberapa suku yang lebih tua telah dibesarkan di hutan hujan Amazon tanpa pernah berhubungan dengan dunia luar.
Baca Juga: Mantap! 6.000 Hektare Hutan Bakau di Lima Wilayah Kalbar Bakal Direboisasi
Tetapi dengan cepat menjadi jelas bahwa saya adalah pusat dari keingintahuan yang sebenarnya.
Suku Awa melihat, ketidaktahuan saya yang kikuk tentang cara-cara hidup di hutan. Seperti, saya menjerit ketika beristirahat di atas pohon yang runcing, lalu tersandung akar saat menyusuri jalan setapak hutan dan tersedak ketika ditawari seekor monyet yang sedikit hangus dan agak busuk untuk dimakan.
Setiap kemalangan saya memicu gelombang tawa dari tuan rumah. Jelaslah bahwa kunjungan saya merupakan sumber hiburan yang luar biasa bagi Suku Awa.
Suku Awa tetap baik hati meski menghadapi kesulitan dan ancaman. Lembaga amal konservasi Survival International menyebut Awa sebagai "suku paling terancam di dunia".
Ketika saya berkunjung pada tahun 2010, sahabat saya di komunitas tersebut, Pirai, memberi tahu bahwa mereka seringkali mendengar gergaji mesin di hutan dekat desa.
Baca Juga: Keren! Pertama di Indonesia, Madu Hutan Riau Miliki Sertifikat SNI
Suku Awa adalah beberapa orang terakhir di Bumi yang masih mencoba untuk hidup sebagai pemburu-pengumpul tradisional tetapi kini cara itu menjadi semakin sulit.
- Terbunuhnya seorang peneliti dan misteri suku terasing 'yang tidak pernah kontak dengan dunia luar'
- Kisah fotografer yang berjuang menyelamatkan suku di Amazon
- Deforestasi hutan Amazon 'terparah sejak 2008'
Mereka tinggal di cagar hutan seluas 289.000 hektar di negara bagian Maranhão Amazon timur, yang dilanda kemiskinan. Selama beberapa dekade, penebang dan petani telah menyerang tanah leluhur mereka dan membuka hutan.
Dan dua tahun lalu ancaman terhadap Suku Awa semakin besar: seorang mantan perwira militer sayap kanan, Jair Bolsonaro, menjadi presiden Brasil.
Bolsonaro menegaskan, kemiskinan adalah ancaman terbesar bagi Amazon dan menyatakan bahwa Amazon perlu "dikembangkan" sebagai bagian dari modernisasi Brasil.
Presiden juga mengklaim bahwa masyarakat adat tidak ingin hidup seperti "manusia gua" dan telah mendorong pertambangan serta pertanian di hutan hujan terbesar di dunia.
Dan dampaknya dapat dilihat dalam angka terbaru tingkat deforestasi, kata para aktivis lingkungan.
Dari Agustus 2019 hingga Juli 2020 saja, 11.088 kilometer persegi (4.281 mil persegi) hutan hujan ditebangi, menurut badan antariksa Brasil (Inpe). Ini adalah laju deforestasi tertinggi di Amazon sejak 2008.
Pekan lalu, Bolsonaro mengatakan dia akan menghentikan deforestasi ilegal pada tahun 2030, tetapi dunia harus membayar Brasil sebesar Rp14,45 triliun ($1 miliar) melalui bantuan asing dalam setahun untuk mendanai upaya tersebut.
Polisi lingkungan
Pada tahun 2014, empat tahun setelah kunjungan pertama saya ke Suku Awa, saya mendapat undangan yang membuktikan bahwa hutan hujan dan masyarakat yang tinggal di dalamnya dapat dilindungi.
Saya diajak untuk menyaksikan puncak dari upaya pemerintah Brazil dalam menghentikan perusakan Amazon.
Saya tidak akan pernah lupa saat Pirai dan temannya Hamo dengan gugup masuk ke helikopter untuk pertama kalinya.
Mereka diterbangkan oleh polisi lingkungan untuk melihat hasil Operasi Awa, upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam membersihkan wilayah Awa dari para penjajah yang merusak hutan dan mendirikan pertanian.
Upaya tersebut menunjukkan bagaimana tentara Brazil, angkatan udara dan polisi militer bekerja sama dengan dinas perlindungan lingkungan dalam sebuah misi yang dikoordinasikan oleh badan masyarakat adat, Funai.
Kamp polisi lingkungan itu seperti pangkalan militer di Afghanistan - di dekat tepi cagar Awa- dilengkapi dengan tentara dan peralatan bersenjata lengkap.
Para petani diperingatkan untuk pergi dari hutan lindung dan ditawari tanah di tempat lain di negara bagian itu jika mereka mau.
Saya ingat satu keluarga petani memasukan semua yang mereka miliki ke dalam truk dan saya melihatnya seperti gemuruh yang menuju kehidupan baru mereka, meninggalkan awan debu Amazon merah di belakangnya.
Mereka bahkan telah melepaskan ubin dari atap pertanian tempat mereka tinggal selama 18 tahun.
Truk dengan tangan besi
Tetapi momen yang paling berkesan adalah ketika Pirai dan temannya Hamo mendarat di dekat tepi cagar Awa dan menyaksikan buldoser merobohkan rumah terakhir para petani.
"Mereka memiliki truk dengan tangan besi yang menghancurkan segalanya," kata Pirai dan Hamo kepada sesama Awa ketika kembali ke desa.
Operasi Awa terjadi di akhir dari beragam upaya untuk mengurangi deforestasi Amazon yang telah dimulai satu dekade sebelumnya.
- Dulu saling bunuh, kini suku-suku asli Brasil bersatu demi selamatkan hutan Amazon
- Remaja suku Amazon: Kami akan 'bertarung sampai mati' untuk menyelamatkan hutan Amazon
- Kisah fotografer temukan suku yang tak alami era modern
Hal itu menunjukkan peran polisi lingkungan ditingkatkan.
Pasukan itu diberi armada kecil helikopter dan kendaraan baru dan pemerintah memerintahkan agar dilindungi oleh polisi dan tentara. Polisi lingkungan juga diberi otorisasi untuk menghancurkan peralatan siapa pun yang ditemukan sedang merobohkan hutan secara ilegal.
Dalam satu penggerebekan yang saya hadiri, petugas lingkungan menembaki tim penebang. Pada penggerebekan lainnya saya menyaksikan mereka menghancurkan pabrik penggergajian ilegal dan membakar reruntuhan.
Sebuah daftar hitam para petani dan penebang yang terlibat dalam kegiatan ilegal dibuat lalu disebarkan sehingga membuat mereka kesulitan untuk menjual produk atau mendapatkan pinjaman.
Dampak dari kebijakan ini sangat besar. Pada tahun 2012, deforestasi telah turun ke level terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1988.
Berkaca dari upaya tersebut, saya menulis pada saat itu, "hal yang langka, sebuah pertempuran demi lingkungan yang berhasil dimenangkan".
It was, I wrote at the time, "that rare thing, an environmental battle that is actually being won".
Anarki di Amazon
Sayangnya, hal itu jauh dari kenyataan sekarang.
Saya tahu bahwa fokus pemerintah untuk menghentikan penggundulan hutan telah meleset, tetapi apa yang terjadi ini sangat luar biasa bahkan menurut standar Brasil.
Kemudian, pada April tahun lalu, ketika virus corona menyebar ke seluruh Brasil, Menteri Lingkungan Brasil, Ricardo Salles, berpidato di rapat kabinet yang diselenggarakan oleh Presiden Bolsonaro.
"Kami memiliki kesempatan saat ini, ketika perhatian pers hampir secara eksklusif tertuju pada Covid-19 dan bukan di Amazon," kata Mr Salles. "Sementara semuanya tenang, mari kita lakukan ini sekaligus dan ubah semua aturan," lanjutnya.
Dia kemudian mengatakan bahwa dia sebenarnya bermaksud mengatakan "sederhanakan" aturan. Tetapi seorang perwira senior di kepolisian lingkungan Brasil mengatakan, perlindungan akan lingkungan terus mengalami pelemahan di Amazon di bawah pemerintahan Bolsonaro.
Pendanaan untuk polisi lingkungan telah dikurangi secara dramatis dan Presiden Bolsonaro juga mengatakan bahwa polisi lingkungan seharusnya tidak lagi menghancurkan peralatan yang digunakan untuk penggundulan hutan.
Seorang petugas mengatakan, timnya juga kini tidak bisa lagi mengandalkan dukungan dari polisi setempat.
Polisi diserang
Polisi lingkungan itu meyakini bahwa para petani, penebang dan penambang yang mendapat untung dari perusakan hutan menjadi berani sekarang karena merasa mendapat dukungan dari pemerintah.
"Pekerjaan itu semakin berisiko, ini telah menjadi perang gerilya," katanya kepada saya.
Rekaman yang dibagikan secara online menunjukkan petugas polisi lingkungan diserang oleh massa dan penebang yang membangun penghalang jalan agar mereka tidak masuk hutan.
"Di tempat-tempat di mana kami tidak mengalami insiden di masa lalu, sekarang para penebang, pencari emas, penghuni liar sedang melakukan kerusuhan," kata petugas itu sambil menggelengkan kepalanya dengan putus asa.
LSM lingkungan terkemuka Brazil, Observatório do Clima, berpendapat data statistik juga berbicara tentang itu.
- Penjaga hutan Amazon yang dibunuh pembalak liar
- Pejabat Brasil tewas dipanah saat dekati suku terpencil di Amazon
Pemerintah Brasil menyangkal telah sengaja merusak perlindungan atas lingkungan dan menegaskan kepada BBC bahwa pemerintah melindungi Amazon dengan sangat serius.
Pemerintah mengakui bahwa pejabat lokal terkadang mencabut perlindungan polisi untuk petugas lingkungan tetapi menegaskan bahwa itu bukanlah kebijakan resmi.
Dan ditegaskan pula bahwa aturan tentang pembakaran peralatan penebang dan penggunaan petani tidak berubah.
Sebuah pesan dari Suku Awa
Saya sangat ingin tahu bagaimana keadaan Suku Awa itu sekarang. Setelah banyak menelepon, kami berhasil menyampaikan pesan kepada mereka.
Rasanya seperti selamanya sebelum akhirnya kami mendapat balasan di bulan Januari. Itu adalah pesan rekaman dari Pirai.
Saya bisa mendengar burung hutan di latar belakang tapi kata-katanya penuh firasat. "Gergaji mesin masih berdengung seperti hari-hari Anda datang ke sini", katanya pada saya. "Para penebang akan kembali".
Beberapa foto komunitas berhasil dia kirimkan. Saya mengenali banyak wajah. Mereka tidak lagi tampak bahagia seperti saat saya berjumpa dengan mereka satu dekade sebelumnya. Ekspresi mereka kini terlihat serius.
seperti orang-orang bahagia sama seperti yang pernah saya habiskan bersama satu dekade sebelumnya. Ekspresi mereka serius.
"Penebang, petani, pemburu, penjajah ... mereka semua kembali," lanjut Pirai. "Mereka membunuh semua hutan kita."