Citranya Mulai Pulih, Komunis Rusia Bakal Bangun Museum Stalin

Kamis, 29 April 2021 | 13:49 WIB
Citranya Mulai Pulih, Komunis Rusia Bakal Bangun Museum Stalin
Warga Rusia mengusung potret Joseph Stalin dalam parade merayakan HUT ke-72 kemenangan Uni Soviet terhadap Nazi Jerman di Perang Dunia II, Sevastopol, Crimea, 9 Mei 2017.[Max Vetrov / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rusia berencana membangun museum untuk tokoh Uni Soviet, Josef Stalin. Salah satu cabang komunis, Nizhny Novgorod mengatakan para pemimpin partai regional akan meletakkan batu fondasi Stalin Center pada 8 Mei.

Menyadur The Moscow Times, Kamis (29/4/2021), seorang pemimpin Partai Komunis Bor meluncurkan monumen Stalin musim panas lalu saat Rusia memperingati 75 tahun kemenangan Soviet dalam Perang Dunia II dengan parade militer.

"Pembangunan itu harus jadi langkah pertama dalam membuka museum serupa di semua wilayah Rusia," kata cabang Partai Komunis cabang Nizhny Novgorod dalam sebuah pernyataan.

"Ini akan memberikan dorongan yang kuat untuk pendidikan patriotik generasi muda dan perjuangan melawan pemalsuan dan penulisan ulang sejarah."

Baca Juga: Dibunuh Soviet, Kerangka Biarawati dari Era Perang Dunia II Ditemukan

Partai Komunis menggambarkan museum ini sebagai "aula yang didedikasikan untuk periode berbeda dalam kehidupan Generalissimus Soviet". Pemimpin Partai Komunis Rusia Gennady Zyuganov menyambut baik ide tersebut.

Warga Rusia mengusung potret Joseph Stalin dalam parade merayakan HUT ke-72 kemenangan Uni Soviet terhadap Nazi Jerman di Perang Dunia II, Sevastopol, Crimea, 9 Mei 2017.[Max Vetrov / AFP]
Warga Rusia mengusung potret Joseph Stalin dalam parade merayakan HUT ke-72 kemenangan Uni Soviet terhadap Nazi Jerman di Perang Dunia II, Sevastopol, Crimea, 9 Mei 2017.[Max Vetrov / AFP]

“Ada Yeltsin Center sebagai simbol runtuhnya oligarki liberal negara, mengapa tidak berpikir untuk mendirikan sebuah pusat yang akan melambangkan penciptaan?”

Setelah wafat tahun 1953, terjadi "pembusukan" terhadap Stalin yang dilakukan Nikita Khrushchev, kaum Trotskyis, dan negara-negara barat.

Secara serampangan, Stalin dituduh melakukan sederet kejahatan yang menyebabkan kematian jutaan orang.

Namun, rakyat Rusia maupun negara-negara baru merdeka pasca-Perang Dunia II banyak memuji Stalin karena berhasil memimpin perang patriotik besar mengalahkan Nazi Jerman.

Baca Juga: Inggris Siapkan Skenario Stalin Jika PM Boris Johnson Wafat karena Corona

Tak hanya itu, adalah Stalin yang mampu memajukan perekonomian, politik, dan kebudayaan Soviet berhaluan sosialis, melanjutkan proyek sang pendahulu: Vladimir Lenin.

Meski terus dicap buruk oleh lawan-lawan politiknya, rakyat Rusia kekinian justru semakin mencintai Stalin.

Jajak pendapat Levada Center menunjukkan peringkat penerimaan Stalin dalam sejarah mencapai level tertinggi sepanjang masa, sebesar 70 persen.

Dalam survei tahun 2008, dari 51 persen memandang Stalin baik sebagai pribadi. Sementara 41 persen di antaranya mengatakan mereka menghormati Stalin.

Sedangkan 6 persen dari responden Levada Center mengakui bersimpati dan 4 persen mengagumi Stalin.

Hanya gabungan 13 persen yang mengatakan mereka tidak suka, takut, atau membenci Stalin. Kemudian 26 persen tidak memiliki pandangan positif atau negatif tentang pemimpin Soviet itu.

Jenderal Dmitry Syrkashev (94) berjalan dengan Presiden Vladimir Putin saat parade peringatan hari kemenangan Rusia atas Nazi  Jerman pada Perang Dunia II, di Moskow, Kamis (10/5/2018). [Rusia Today]
Jenderal Dmitry Syrkashev (94) berjalan dengan Presiden Vladimir Putin saat parade peringatan hari kemenangan Rusia atas Nazi Jerman pada Perang Dunia II, di Moskow, Kamis (10/5/2018). [Rusia Today]

Hal ini tak lepas dari peran Presiden Rusia Vladimir Putin yang menghidupkan kembali lagu kebangsaan Soviet, parade militer bergaya Soviet, dan medali tenaga kerja era Soviet selama masa kepresidenannya.

"Stalin mulai dianggap sebagai simbol keadilan dan alternatif dari pemerintah saat ini yang dianggap tidak adil, kejam dan tidak peduli kepada rakyat kecil," kata sosiolog Akademi Ilmu Pengetahuan Leonty Byzov seperti dikutip oleh situs berita RBC.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI