Konsumsi Sayur Masyarakat di Masa Pandemi Masih Rendah

Erick Tanjung Suara.Com
Rabu, 28 April 2021 | 15:37 WIB
Konsumsi Sayur Masyarakat di Masa Pandemi Masih Rendah
Komunitas petani kota di Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, menghasilkan tanaman sayur-sayuran yang memiliki nilai ekonomi dengan sistem menanam secara hidroponik. (Antara/HO)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Survei PT East West Seed Indonesia (Ewindo) sebagai produsen benih sayuran hibrida bersama UPN Yogyakarta mengungkapkan konsumsi sayur masyarakat Indonesia di tengah pandemi Covid-19 masih rendah.

"Pandemi tidak membuat kesadaran masyarakat tergugah untuk mengonsumsi lebih banyak sayuran padahal masyarakat menyadari manfaatnya untuk meningkatkan imun," kata Nur Fajrina, peneliti benih dari Ewindo dalam webinar, Rabu (28/4/2021).

Survei yang dilaksanakan Nur Fajrina bekerjasama dengan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta (Dr RR Rukmowati Brotodjojo dan Dr Dwi Aulia Ningrum) menunjukkan pandemi Covid-19 tidak lantas merubah perilaku konsumsi sayuran masyarakat di beberapa wilayah di Indonesia.

Survei menunjukkan konsumsi sayuran masih rendah. Walaupun masyarakat menyadari pentingnya asupan sayuran untuk menjaga kesehatan, ternyata setelah adanya pandemi tidak terjadi peningkatan konsumsi sayuran.

"Pada dasarnya masyarakat paham manfaat sayuran, namun sebagian besar tidak termotivasi untuk mengonsumsi lebih banyak sayuran," ujar Nur.

Hasil survei menunjukkan bahwa 76,4 persen responden memilih kesehatan sebagai alasan memilih sayuran dalam menu harian selama pandemi. Namun peningkatan konsumsi sayuran hanya terjadi pada 58,2 persen responden dan sisanya mengatakan tidak mengalami perubahan apa-apa.

Bahkan beberapa jenis sayur yang dikonsumsi seperti kangkung turun 11persen sementara bayam tumbuh 6 persen dan caisim 3 persen.

Warga memanen sayuran gratis untuk tetangganya yang melakukan isolasi mandiri karena terpapar COVID-19 di Kampung Tangguh Jaya RW 9, Johar Baru, Jakarta Pusat, Sabtu (30/1/2021). [Antara/Aditya Pradana Putra/aww.]
Warga memanen sayuran gratis untuk tetangganya yang melakukan isolasi mandiri karena terpapar COVID-19 di Kampung Tangguh Jaya RW 9, Johar Baru, Jakarta Pusat, Sabtu (30/1/2021). [Antara/Aditya Pradana Putra/aww.]

Pemahaman tinggi tentang manfaat sayuran tidak serta merta meningkatkan konsumsi. Kebiasaan makan tinggi karbohidrat menjadi kebiasaan yang turun menurun dan untuk mengubahnya membutuhkan usaha cukup besar.

Kebiasaan ini juga terlihat pada kecilnya pengeluaran beli sayur di masyarakat. Susenas 2019 (Badan Pusat Statistik) melaporkan pengeluaran gabungan buah dan sayur per kapita per bulan hanya sebesar Rp65.342.

Baca Juga: Mekanisme Ibadah Haji bagi Jemaah Indonesia di Masa Pandemi Covid-19

Dibandingkan pengeluaran makanan secara total pengeluaran untuk buah dan sayur hanya sebesar 11,41 persennya saja. Mengacu pada UMR tertinggi Indonesia, contoh Jakarta Rp4,4 juta, maka dana yang di keluarkan hanya berkisar dari 1,5 persen dari total pendapatan perbulan untuk buah dan sayur.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI