Covid-19 India: Krisis Ambulans, Pria Ini Bawa Jenazah Ayahnya Sendiri

Rabu, 28 April 2021 | 13:31 WIB
Covid-19 India: Krisis Ambulans, Pria Ini Bawa Jenazah Ayahnya Sendiri
Potret seorang pria membawa jenazah ayahnya menggunakan mobil.[Twitter]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang pria di India harus mengikat jenazah sang ayah yang meninggal karena Covid-19 di atap mobilnya untuk bisa diantar ke kremasi karena negara tersebut kini sedang krisis ambulans.

Menyadur The Sun, Rabu (28/4/2021) insiden tersebut terjadi di kota Agra, 160 mil jauhnya dari Delih, salah satu kota yang menjadi paling parang terkena dampak.

Seorang putra lainnya melakukan tindakan putus asa ketika tidak ada ambulans yang tersedia untuk mengangkut almarhum ayahnya.

Sebuah foto yang beredar di media sosial memperlihatkan sebuah mobil yang di bagian atapnya terikat jenazah yang ditutupi selimut.

Baca Juga: Polda Metro Tangkap Mafia Lolos Karantina Bertarif Rp6,5 Juta

India Today melaporkan pria itu menunggu berjam-jam untuk mendapatkan ambulans setelah ayahnya meninggal karena Covid-19, namun tak kunjung datang.

Akhirnya pria tersebut terpaksa mengantarkan jenazah ayahnya sendiri ke tempat kremasi yang juga mengalami antrean yang cukup panjang.

Tindakan pria tersebut dilaporkan membuat pelayat lainnya menangis setelah dia tiba di krematorium.

Kota Agra, tempat dimana Taj Mahal berdiri, juga mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang cukup parah seperti kota-kota di seluruh India.

Ibu Kota Delhi menjadi kota yang paling parah dengan 1.777 kematian yang dilaporkan dalam lima hari.

Baca Juga: Ustadz Ihsan Sebut Aturan Pakai Masker Dibuat Yahudi, Halangi Senyum Muslim

Sebelumnya, sebuah foto beredar menunjukkan belasan mayat korban Covid-19 mengantre untuk dikremasi. Lusinan mayat itu terlihat berbaris di Krematorium Shubash Nagar Delhi.

Belasan mayat tersebut telah dibungkus kain kafan siap untuk kremasi, beberapa diantaranya dipakaikan bunga di atasnya.

Hal yang sama terjadi di kota-kota di seluruh India saat menghadapi gelombang kedua "tsunami" infeksi yang menghancurkan.

Krematorium beroperasi sepanjang waktu untuk mengatasi ribuan kematian setiap hari, dan para ahli mengatakan kemungkinan lebih buruk bisa saja terjadi.

"Pandemi ini adalah yang terburuk yang pernah kami lihat sampai sekarang. Dua minggu ke depan akan menjadi neraka bagi kami." ujar petugas darurat, Dr Shaarang Sachdev kepada Sky News.

Ratusan pasien dilaporkan meninggal dalam beberapa hari terakhir karena rumah sakit kekurangan oksigen untuk menyelamatkan nyawa.

Kekurangan tersebut telah memicu kenaikan harga oksigen pasar gelap sebesar 1.500 persen. Warga bahkan harus membayar hingga jutaan. Obat antivirus remdesivir juga meroket harganya 20 kali lipat.

Tadi malam dilaporkan seorang pasien Covid-19 yang putus asa melemparkan diri dari gedung.

Seorang pria Benggala Barat dilaporkan bunuh diri dengan cara melompat dari atap rumah sakit setelah dinyatakan positif Covid-19.

Di Patna di timur laut, seorang pekerja kereta api memenggal kepala istrinya ketika dia terkena virus lalu bunuh diri di apartemen mereka.

India mencatat 2.812 kematian dan 352.991 kasus baru pada Selasa (27/4), menjadi rekor terbaru yang dicatatkan negara tersebut.

Para ahli khawatir jika jumlah korban tewas sebenarnya bisa lima kali lipat dari penghitungan resmi yakni 197.894.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI