Aktivis: 753 Orang Tewas Dalam 85 Hari Sejak Kudeta Myanmar

Bangun Santoso Suara.Com
Selasa, 27 April 2021 | 12:52 WIB
Aktivis: 753 Orang Tewas Dalam 85 Hari Sejak Kudeta Myanmar
Suasana pemakaman Khant Nyar Hein, mahasiswa kedokteran berusia 17 tahun di Yangon, Myanmar (16/3/2021). [Foto/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) melaporkan total 753 orang yang tewas dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Myanmar selama 1 Februari-25 April 2021.

Kelompok masyarakat sipil tersebut mengungkapkan tambahan dua orang yang tewas pada Minggu dan didokumentasikan pada Senin.

Dalam laporannya pada Senin dini hari, AAPP menyampaikan, 3.441 orang kini ditahan, di mana 79 orang di antaranya dijatuhi hukuman.

"Hari ini (26 April 2021) menandai 85 hari sejak percobaan kudeta dan lebih dari 700 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, terbunuh, dan banyak yang terluka," kata AAPP dalam keterangannya, Senin dini hari.

Baca Juga: Tuntut Pembebasan Tahanan Politik, Aktivis Myanmar Kritik Hasil KTT ASEAN

Menurut AAPP, pasukan junta melakukan penangkapan, pemukulan, serta pembunuhan ketika memasuki sebuah desa sehingga penduduk setempat terpaksa mengungsi.

AAPP mengungkapkan, ribuan penduduk dari sekitar 20 desa di Kotapraja Kani dan Yinmabin, wilayah Sagaing, telah mengungsi karena tindakan pasukan junta tersebut.

Pasukan junta, kata AAPP, kini turut menindas kelompok LGBTIQ, di mana seorang perempuan transgender dipukuli saat ditangkap di daerah Yangon, pada 24 April 2021.

AAPP melaporkan, pasukan junta memaksa perempuan transgender tersebut memakai Longyi atau pakaian tradisional Myanmar sambil mengejeknya.

“Kami khawatir LGBTIQ tidak hanya akan didiskriminasi, tetapi juga diperlakukan lebih buruk dari orang lain saat penangkapan,” ungkap AAPP.

Baca Juga: KTT ASEAN Buat Konsensus terkait Myanmar, Australia Siap Beri Dukungan

AAPP berpandangan, situasi krisis di Myanmar akan semakin parah apabila tindakan efektif tidak segera diambil.

“Kedamaian akan tetap sulit dicapai tanpa demokrasi. Harus ada fokus untuk mengalahkan kediktatoran di Burma,” tutur AAPP. (Sumber: Anadolu)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI