Siapa Alexei Navalny, Sosok Paling Gencar Kritik Putin Walau Diracun?

SiswantoBBC Suara.Com
Selasa, 27 April 2021 | 08:36 WIB
Siapa Alexei Navalny, Sosok Paling Gencar Kritik Putin Walau Diracun?
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aktivis antikorupsi Alexei Navalny sejak lama sudah menjadi tokoh paling menonjol dari kelompok oposisi yang menentang Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Navalny tidak berhenti melontarkan kritik meski dia dijatuhi hukuman penjara, bahkan sempat nyaris mati tewas dibunuh.

Senin (26/04) ini, jaksa penuntut memerintahkan kantor-kantor Navalny menghentikan aktivitas di seluruh negara. Pekan ini, pengadilan di Moskow akan memutuskan apakah organisasi-organisasi yang dipimpin Navalny ditetapkan sebagai kelompok ekstremis.

Bila ditetapkan, para staf akan dapat menghadapi dakwaan kejahatan.

Baca Juga: Sinopsis Film The Command, Kisah Nyata Tenggelamnya Kapal Selam Kursk Rusia

Tim Navalny menggambarkan langkah itu sebagai upaya menghancurkan oposisi politik yang damai di Rusia.

Kanselir Jerman, Angela Merkel melalui juru bicaranya mengatakan menggunakan instrumen anti-teror terhadap lawan politik tak pernah terjadi berdasarkan aturan hukum di manapun.

Akun media sosial laki-laki berusia 44 tahun itu diikuti jutaan pengikut orang di Rusia. Januari lalu, saat dia menggelar unjuk rasa anti-pemerintah, puluhan ribu orang menyatakan dukungan untuknya.

Navalny berkata, Partai Rusia Bersatu yang dipimpin Putin dipenuhi "penjahat dan pencuri". Dia menuduh Putin "menghisap darah keluar dari Rusia" melalui "negara feodal" yang memusatkan kekuasaan di Kremlin.

Navalny juga menuduh otoritas Rusia mencoba membunuhnya menggunakan racun saraf Novichok pada Agustus 2020.

Baca Juga: Nahas, Sedang Bersihkan Jendela, Seorang Wanita Jatuh dari Lantai 21

Dia selama ini memimpin protes berskala nasional terhadap pemerintahan Putin. Namun ia tidak mampu mengalahkan Putin dalam pemilihan umum.

Navalny dilarang mencalonkan diri pada pemilihan presiden tahun 2018 karena dinyatakan bersalah oleh pengadilan dalam kasus penggelapan.

Navalny dengan keras membantah dakwaan penggelapan itu. Menurutnya, putusan pengadilan tersebut adalah balasan Putin terhadap berbagai kritiknya.

Dalam kasus penggelapan ini, Navalny akhirnya dihukum penjara.

Selamat dari racun Novichok

Pertikaian Navalny dengan Putin bersifat sangat personal. Dia menuduh Putin memerintahkan agen intelijen Rusia untuk meracuninya.

Agustus 2020, Navalny nyaris tewas akibat keracunan. Dia pingsan saat pesawat yang ditumpanginya terbang di atas kawasan Siberia.

Setelah pesawat itu melakukan pendaratan darurat, Navalny dilarikan ke rumah sakit di Kota Omsk. Navalny mengalami koma.

Sebuah badan amal yang berbasis di Jerman waktu itu membujuk otoritas Rusia mengizinkan mereka menerbangkan Navalny ke Berlin untuk perawatan.

Pada 2 September 2020, pemerintah Jerman menyebut bahwa tes medis yang mereka lakukan menemukan "bukti tegas adanya racun saraf kimiawi" dalam tubuh Navalny.

Jerman menduga racun itu adalah Novichok.

Ini adalah senjata kimia yang hampir membunuh mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia, di Salisbury, Inggris, pada Maret 2018.

Seorang perempuan di kota itu belakangan meninggal karena terpapar racun Novichok.

Rusia membantah keterlibatan mereka dalam upaya meracuni Navalny. Mereka juga mengelak dari tuduhan penggunaan racun Novichok.

Namun Putin mengakui bahwa pemerintah Rusia mengawasi Navalny. Menurutnya pengawasan itu dapat dibenarkan. Alasannya, kata Putin, intelijen Amerika Serikat membantu Navalny.

Kelompok investigator Bellingcat menyebut agen intelijen luar negeri Rusia adalah pihak yang meracuni Navalny.

Dalam proses investigasi yang dramatis, Navalny menyamar sebagai pejabat keamanan senior Rusia. Dia menelepon dan merekam pengakuan salah satu agen telik sandi lembaga tersebut.

Oktober 2020, Uni Eropa menjatuhkan sanksi pada enam pejabat tinggi Rusia dan pusat penelitian senjata kimia negara itu.

Uni Eropa menuduh mereka terlibat langsung dalam upaya meracuni Navalny. Sanksi lanjutan dijatuhkan Uni Eropa dan Amerika Serikat Maret lalu.

Sebelum ini, Navalny sudah dua kali menjadi target. Dia sempat hendak diracuni pewarna hijau antiseptik. Navalny juga pernah menderita luka bakar kimia di matanya.

Kembali ke Rusia dan penjara

Saat memulihkan diri dari keracunan Novichok di Jerman, Navalny bersikeras akan kembali ke Rusia setelah merasa cukup sehat.

Dia menyatakan tidak ingin menjalani pengasingan politik. Itu ditepatinya pada 17 Januari silam, saat dia terbang dari Berlin menuju Moskow.

Tujuan akhir penerbangannya Navalny itu dialihkan ke bandara lain oleh otoritas Rusia. Mereka ingin membatasi jumlah orang yang menyambut Navalny. Namun dia akhirnya masih bisa ditemui para pendukungnya.

Meski begitu, sekelompok polisi sudah menanti Navalny. Saat menjalani pemeriksaan paspor, dia ditangkap.

Saat ditahan, beberapa demonstrasi antipemerintah terbesar dalam beberapa tahun terakhir terjadi di seluruh Rusia.

Puluhan ribu orang turun ke jalan. Ribuan pendemo ditahan polisi.

Navalny kemudian dibawa ke pengadilan. Walau menyebut peradilan itu sebagai pelecehan terhadap keadilan, Navalny akhirnya dijatuhi hukuman dua setengah tahun penjara.

Navalny, menurut putusan pengadilan, melanggar pembebasan bersyarat pada hukuman yang dia jalani sebelumnya.

Navalny lalu dikirim ke salah satu penjara paling berat di Rusia, yaitu Penal Colony No.2.

"Saya tidak menyangka bahwa sangat mungkin mendirikan kamp konsentrasi yang hanya berjarak 100 kilometer dari Moskow," tulis Navalny di akun Instagram miliknya, tak lama setelah tiba di sana.

"Ada kamera pengawas di mana-mana, semua orang diawasi dan atas pelanggaran sekecil apa pun, para sipir membuat laporan," ujarnya.

Navalny membandingkan kondisi penjara itu dengan kisah dalam novel karya George Orwell, 1984.

Navalny berkata, dia dibangunkan penjaga penjara setiap jam sepanjang malam. Mereka melarangnya tidur dengan dalih bahwa dia adalah tahanan "berisiko tinggi" yang bisa mencoba melarikan diri.

Pertengahan Maret lalu, Navalny mulai mengeluhkan masalah kesehatan. Dia mengalami sakit punggung. Lengan dan kakinya mulai mati rasa.

Navalny meminta agar dokter dari luar penjara memeriksa kondisinya, tapi permohonan itu ditolak. Dia kemudian mogok makan sebagai bentuk protes.

Pada 16 April lalu, puluhan selebriti dari seluruh dunia menandatangani surat terbuka untuk Putin. Mereka menuntut agar Navalny menerima perawatan medis yang dia butuhkan.

Dua hari setelahnya, para pendukungnya dan sejumlah dokter berkata bahwa hasil tes darah Navalny menunjukkan penurunan kesehatan yang serius.

Keesokan harinya, otoritas penjara menyatakan Navalny telah dipindahkan ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan, kata mereka, menunjukkan bahwa kondisi kesehatan Navalny "memuaskan".

Dalam wawancara dengan BBC, Duta Besar Rusia untuk Inggris, Andrei Kelin, mengatakan bahwa Navalny tidak dalam bahaya.

"Tentu saja dia tidak akan diizinkan mati di penjara, tapi saya dapat berkata bahwa Navalny berperilaku seperti fans sepak bola yang brutal, yang berusaha melanggar setiap aturan yang telah ditetapkan," kata Kelin.

Menurutnya, Navalny sedang berusaha menarik perhatian.

Kampanye antikorupsi

Munculnya Navalny sebagai salah satu kekuatan dalam perpolitikan Rusia dimulai tahun 2008.

Ketika itu dia menulis dugaan penyalahgunaan kewenangan dan korupsi di beberapa perusahaan besar yang dikendalikan pemerintah Rusia.

Salah satu taktik Navalny untuk mengetahui itu adalah dengan menjadi pemegang saham minoritas di perusahaan minyak dan bank.

Dia lalu mengajukan pertanyaan aneh tentang lubang dalam keuangan negara.

Di media sosial, Navalny menjangkau pengikutnya yang sebagian besar anak muda dengan bahasa yang tajam. Dia juga mencela sejumlah korporasi yang setia kepada Putin.

Navalny berbicara dengan bahasa jalanan khas generasi muda Rusia. Dia menggunakannya untuk memberi pengaruh yang kuat di media sosial.

Yayasan Anti Korupsi (FBK) miliknya sejauh ini sudah membuat tuduhan yang rinci tentang korupsi sejumlah pejabat Rusia.

Salah satu tuduhan itu dia kemas dalam video yang baru-baru ini dia unggah ke YouTube. Video itu tentang istana mewah yang luas milik Putin di tepi Laut Hitam.

Navalny menuduh, istana itu dihadiahkan sejumlah konglomerat Rusia kepada Putin. Dia menyebutnya sebagai "suap terbesar dalam sejarah".

Video yang diterbitkan setelah penangkapan Navalny itu sudah ditonton lebih dari 100 juta kali.

Kremlin menyangkal tuduhan itu dan menyebutnya sebagai "penyelidikan palsu".

Putin pun menyangkal klaim tersebut dan menyatakan tuduhan itu "membosankan".

Konglomerat sekaligus teman dekat Putin, Arkady Rotenberg, mengatakan istana itu adalah miliknya.


Biodata Alexei Navalny

  • Lahir 4 Juni 1976 di Butyn, di wilayah Moskow
  • Lulus bidang hukum di Universitas Persahabatan Moskow pada tahun 1998
  • Menjadi anggota komunitas peneliti tamu di Univeristas Yale tahun 2010
  • Tinggal di Moskow bersama istrinya Yulia. Mereka memiliki dua anak, yaitu Daria (kini sekolah di AS) dan Zakhar.

Navalny ditangkap dan dipenjara selama 15 hari setelah unjuk rasa pada Desember 2011. Juli 2013, dia kembali dipenjara dalam kasus penggelapan di kota Kirov. Hukuman lima tahun penjara terhadapnya secara luas dipandang politis.

Navalny tiba-tiba diizinkan keluar dari penjara untuk berkampanye dalam pemilihan wali kota Moskow. Meraih 27% suara, dia duduk di peringkat kedua, kalah dari sekutu Putin, Sergei Sobyanin.

Walau begitu, pencapaian Navalny tersebut dianggap kesuksesan yang dramatis karena dia tidak memiliki akses ke televisi pemerintah. Dia hanya mengandalkan internet dan kampanye dari mulut ke mulut.

Hukuman penjara bagi dia akhirnya dibatalkan Mahkamah Agung Rusia, menyusul keputusan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa bahwa Navalny tidak menjalani persidangan yang adil.

Dalam persidangan ulang tahun 2017, dia divonis untuk kedua kalinya dan dijatuhi hukuman percobaan lima tahun.

Dia menyebut putusan itu konyol dan menuding itu semua adalah upaya untuk menghambatnya mengikuti pemilu 2018.

Navalny berkata kepada BBC, hal terbaik yang bisa dilakukan negara-negara Barat untuk keadilan di Rusia adalah menindak "uang kotor".

"Saya ingin orang-orang yang terlibat dalam korupsi dan penganiayaan terhadap aktivis dilarang memasuki negara-negara [Barat] ini karena visa mereka ditolak."

Kritik terhadap Navalny

Navalny telah berbicara di ajang ultra-nasionalis sehingga mencemaskan kaum liberal.

Setelah hukumannya, dia menjadi fokus kontroversi baru atas komentar xenofobia yang dia buat di masa lalu, yang tidak dia sangkal.

Amnesty International mencabut statusnya sebagai "tahanan hati nurani" atas dasar video yang berasal dari tahun 2007.

Dalam video itu Navalny membandingkan konflik etnis dengan kerusakan gigi dan menyamakan imigran dengan kecoak.

Amnesti masih menyerukan pembebasannya, tapi menganggap dia dianiaya karena berkampanye melawan Presiden Putin.

Navalny juga menyebut Semenanjung Krimea "secara de facto adalah milik Rusia". Itu dia katakan meski ada kecaman internasional atas pencaplokan wilayah Ukraina oleh Rusia tahun 2014.

Terlepas dari jaringan antikorupsinya yang terorganisir dengan baik, ada keraguan tentang kemampuannya untuk memobilisasi dukungan yang signifikan di luar Rusia dan beberapa kota lainnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI