Tamin sendiri sekarang sudah tidak promosi layanannya lewat penempelan stiker, tetapi lebih mengandalkan kepercayaan dari pelanggan sebelumnya atau bahasa dia “hanya dari mulut ke mulut, orang percaya sama saya.”
Beberapa waktu sebelum saya menemui Tamin, dia baru memenuhi permintaan untuk menguras septic tank di kawasan Citra Indah Jonggol. “Ya itu dari orang juga (mulut ke mulut). Yang namanya sedot begini mah ngandelin orang nelepon.”
Usaha sedot tinja di tengah pandemi
Sampai awal tahun 2020 lalu, bisnis jasa sedot air tinja terhitung sehat. Dari pengalaman Tamin, setiap pekan, rata-rata menerima lima kali panggilan.
“Sebelum pandemi sih lumayan ya. Ada ajalah buat makan mah gitu. Buat sehari-hari ketutup kebutuhan mah,” kata Tamin.
Begitu pandemi Covid-19 datang dan menjungkirbalikkan perekonomian, ditambah lagi persaingan dengan jasa penyedot tinja yang dikelola pemerintah daerah yang jumlah armadanya semakin semakin banyak, Tamin mulai jarang menerima order.
Pengelola salah satu tempat wisata alam di Kabupaten Bogor yang biasanya rutin meminta jasa Tamin, sekarang sudah tidak lagi memanggilnya karena destinasi wisata tersebut tutup.
“Kadang-kadang di tempat wisata itu tiga bulan sekali ngangkat (tinja). Sekarang mah udah susah dah. Pabrik-pabrik juga saya udah nggak sekarang, padahal dulu saya mah paling banyak di PT, nyedot limbah gitu.”
Akibat terkena dampak perekonomian yang morat-marit akibat pagebluk, kini untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, petugas sedot tinja seperti Tamin mesti memutar otak.
Baca Juga: Kisah Cinta Dua Orang Tunanetra
“Sekarang kan kadang seminggu sekali kadang, satu kali tarikan, kadang nggak pisan. Sebulan kemarin aja cuma narik satu rit. Abis mau dikata apa kalau emang udah nggak ada. Kita kan cari sampingan yang lain, apa aja dikerjain gitu.”