Insiden tersebut terjadi di tengah tuduhan antara Iran dan Israel berada di balik serangkaian serangan yang menargetkan beberapa instalasi keamanan penting kedua negara.
Israel telah melakukan ratusan serangan udara di tanah Suriah sejak 2011, sebagian besar menargetkan pasukan Hizbullah Iran dan Lebanon serta pasukan sekutu pemerintah Suriah.
Pada hari Kamis, serangan Israel menewaskan seorang perwira Suriah di timur Damaskus, sebagai pembalasan atas rudal yang ditembakkan beberapa jam sebelumnya dari Suriah menuju situs nuklir rahasia di Israel selatan.
Sebelum perang Suriah, negara itu menikmati otonomi energi relatif, tetapi produksi anjlok selama perang, mendorong pemerintah untuk mengandalkan impor hidrokarbon.
Suriah dalam beberapa tahun terakhir semakin bergantung minyak dari Iran, tetapi pengetatan sanksi Barat terhadap Iran, Suriah dan sekutunya, serta krisis mata uang asing, membuatnya kesulitan untuk mendapatkan pasokan yang cukup.
Produksi minyak di Surian sebelum perang bisa mencapai 400.000 barel per hari (bpd). Tapi turun menjadi hanya 89.000 barel per hari pada tahun 2020.
Menteri perminyakan Suriah mengatakan pada bulan Februari bahwa 80.000 barel tersebut berasal dari daerah Kurdi di luar kendali pemerintah.