Suara.com - Hamas malam ini akan memulai pekan jam malam dan menutup masjid yang biasanya dibuka untuk untuk sholat tarawih. Pada bulan Ramadan, masjid ini bisa menampung ratusan jamaah untuk beribadah.
Menyadur Middle East Monitor Jumat (23/04), keputusan sulit ini diambil di tengah situasi yang semakin buruk karena pandemi virus corona.
Sekitar 49 persen warga Gaza menganggur dan pemilihan parlemen yang dijadwalkan pada 22 Mei membuat Hamas mengambil tindakan yang lebih drastis dan semakin merusak ekonomi.
"Kami mungkin memberlakukan langkah-langkah tambahan, tetapi kami tidak berharap pada fase ini akan melakukan lockdown penuh," kata juru bicara Hamas Eyad Al-Bozom.
Baca Juga: Meski Bulan Ramadhan, Israel Serbu Jalur Gaza
Pejabat kesehatan mengatakan faktor-faktor yang menyebabkan lonjakan saat ini adalah pelanggaran memakai masker dan aturan menjaga jarak yang diabaikan.
Pembukaan perbatasan Gaza dengan Mesir pada Februari juga memungkinkan adanua varian baru yang masuk. Sementara itu, rasa tidak percaya warga terhadap vaksin juga semakin meningkat.
Menurut survei 21 April oleh Pusat Media dan Komunikasi Yerusalem, 54,2 persen warga Gaza mengatakan tidak mau divaksin, 30,5 persen mengatakan akan menerimanya dan 15,3 persen sisanya menyatakan ragu-ragu.
Warga Palestina khawatir situasi Gaza akan semakin memburuk dengan kombinasi itu dan pertemuan massal selama Ramadan dapat mempercepat peningkatan kasus virus corona.
Pejabat kesehatan Gaza mengatakan sekitar 70 persen tempat tidur unit perawatan intensif terisi. Angka ini naik dari 37 persen pada akhir Maret. Sementara itu, ada 86 kematian selama enam hari terakhir, meningkat 43 persen selama seminggu sebelumnya.
Baca Juga: Warga Gaza Berebut Sup Gratis untuk Buka Puasa
"Rumah sakit hampir mencapai kapasitas penuh. Kasus yang parah dan kritis meningkat secara signifikan dalam tiga minggu terakhir," kata kepala tim Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia wilayah Palestina, Dr Ayadil Saparbekov.