"Kami percaya jika mereka diberikan kesempatan untuk maju dan berkembang, anak-anak perempuan akan mampu menjadi penggerak dan agen perubahan di lingkungan sekitar mereka," tambahnya.
Dijelaskannya lagi, anak-anak perempuan itu diketahui putus sekolah karena disebabkan berbagai faktor, mulai dari faktor ekonomi, hingga faktor budaya terutama di daerah pelosok yang masih kental dengan patriarki. Kenyataannya, banyak anak perempuan termasuk di NTT, terpaksa harus putus sekolah untuk membantu mengurus rumah tangga atau bahkan menikah dini.
Program Girls' Scholarship dari Taman Bacaan Pelangi sendiri disebut terdiri dari tiga komponen, yaitu beasiswa pendidikan lengkap (mulai dari SPP, uang komite, uang seragam, biaya ekstra kurikuler dan sebagainya), pelatihan pengembangan kapasitas diri (bertujuan untuk mengembangkan soft skills penerima beasiswa), serta komponen mentoring di mana para penerima beasiswa akan mendapatkan mentor khusus yang merupakan perempuan sukses di berbagai bidang (dicocokkan dengan cita-cita dari masing-masing anak).
Saat ini untuk gelombang pertama, sebanyak 20 siswi dinyatakan sudah lolos dan terpilih sebagai penerima beasiswa dan telah diumumkan. Proses seleksi kandidat penerima beasiswa ini sendiri sudah berlangsung sejak Oktober 2020 dan melibatkan berbagai pihak, antara lain Dinas Pendidikan di Kabupaten Nagekeo dan Ende, para kepala sekolah, serta para pemuka masyarakat.
Proses seleksi yang berlangsung cukup lama dan detail itu dilakukan melalui berbagai tahap, yaitu mulai dari review dokumen (rapor siswa), penilaian esai siswi kandidat, wawancara, hingga kunjungan ke rumah atau home visit untuk memastikan kondisi keluarga kandidat dan melakukan interview dengan anggota keluarganya.
"Kami mengajak semua pihak untuk turut membantu dan berkontribusi dalam program Girls' Scholarship ini. Sekecil apa pun bantuan yang diberikan akan membawa perubahan dalam hidup anak-anak ini," pungkas Nila Tanzil.
Untuk diketahui, Taman Bacaan Pelangi adalah yayasan sosial yang bergerak di bidang pendidikan yang fokus di bidang literasi dengan tujuan untuk mengembangkan kebiasaan membaca anak-anak di daerah pelosok di Indonesia Timur. Didirikan pada 2009, Taman Bacaan Pelangi telah mendirikan 134 perpustakaan anak-anak yang tersebar di 18 pulau di Indonesia Timur, memberikan akses lebih dari 243.000 buku bacaan kepada lebih dari 33.000 anak, serta memberikan pelatihan kepada lebih dari 2.000 guru di kawasan tersebut.