Profil Hilmar Farid yang Jadi Perbincangan Soal Kamus Sejarah Indonesia

Rifan Aditya Suara.Com
Kamis, 22 April 2021 | 16:24 WIB
Profil Hilmar Farid yang Jadi Perbincangan Soal Kamus Sejarah Indonesia
Hilmar Farid, Ph.D Direktur Jenderal Kebudayaan di Kemendikbud. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menjadi perbincangan baru-baru ini. Siapa Hilmar Farid sebenarnya? Berikut profil Hilmar Farid dalam rangkuman berikut ini.

Hilmar Farid menjadi sorotan setelah membela Mendikbud yang tak terima dengan sikap kalangan NU. Pemberitaan itu berkaitan dengan isu terkait draft naskah buku Kamus Sejarah Jilid I yang disusun sebelum kepemimpinan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim.

Hilmar menerangkan aspek teknis dan aspek substansi daripada klasifikasinya. Daripada penasaran, langsung saja simak profil Hilmar Farid dan kenapa dia ikut angkat suara mengenai isu ini

Biodata Hilmar Farid

Baca Juga: Pendiri NU Hilang dari Kamus Sejarah Indonesia, Nadiem Akan Sowan ke PBNU

Hilmar Farid lahir di Bonn, Jerman Barat pada 8 Maret 1968. Dia terkenal sebagai seorang aktivis, sejarawan, dan pengajar Indonesia.

Pada 31 Desember 2015, Hilmar Farid dilantik sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan. Ia menggantikan Kacung Marijan yang telah menjabat selama 4,5 tahun di posisi tersebut.

Kehidupan Awal

Hilmar Farid merupakan anak dari Agus Setiadi, seorang penerjemah buku cerita anak. Pada 1993, dia berhasil menyelesaikan studinya di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia, dengan judul skripsi "Politik, Bacaan, dan Bahasa pada Masa Pergerakan: Sebuah Studi Awal." Dua tahun setelah lulus, Hilmar Farid menjadi pengajar di Institut Kesenian Jakarta, selama 4 tahun.

Perjalanan Karier Hilmar Farid

Baca Juga: Pendiri NU dan Gus Dur Hilang di Buku Sejarah, Tapi Amien Rais, Baasyir Ada

Profil Hilmar Farid dipenuhi dengan pengalaman kerja yang cukup kuat sebagai seorang aktivis. Simak saja deretan kegiatannya berikut ini:

  • 1994
    Hilmar Farid bersama pada seniman, peneliti, aktivis, dan pekerja budaya di Jakarta, mendirikan Kerja Budaya dan menerbitkan bacaan cetak berkala Media Kerja Budaya.
  • 2002
    Hilmar Farid mendirikan dan memimpin Institut Sejarah Sosial Indonesia hingga 2007
  • 2012
    Menjadi Ketua Perkumpulan Praxis sampai sekarang. Mulai tahun 2012, dia juga aktif di Asian Regional Exchange for New Alternatives (ARENA) dan Inter-Asia Cultural Studies Society sebagai editor.
    Bersama rekan-rekannya, dia membentuk Relawan Penggerak Jakarta Baru (RPJB) yang bertujuan sosialisasi Pilkada
    Jakarta 2012 tanpa keterlibatan uang dan mendukung serta mengkampanyekan figur yang layak dipilih.
  • 2015-2016
    Hilmar Farid menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Penulis

Dalam profil Hilmar Farid juga dikenal sebagai seorang penulis. Pada 2012, dia menerbitkan buku berjudul "Kisah Tiga Patung", dengan penerbit Indonesia Berdikari. Bukunya yang lain berasal dari disertasi doktoralnya di National University of Singapore bidang kajian budaya pada bulan Mei 2014 berjudul "Rewriting the Nation: Pramoedya and the Politics of Decolonization."

Kontroversi Kamus Sejarah Indonesia

Awalnya, pihak Nahdlatul Ulama memprotes Kamus Sejarah Indonesia terbitan Kemendikbud baru-baru ini. Sebab, pendiri NU KH Hasyim Asy'ari mendadak hilang dari kamus tersebut.

NU juga menyoroti adanya tokoh-tokoh komunis seperti Henk Sneevliet, warga Belanda tokoh utama penyebar Marxisme-Leninisme atau Komunisme di Asia, yang juga disebut sebagai mahaguru kaum komunis Indonesia, turut masuk entri kamus di halaman 87.

Kemendikbud melalui Hilmar Farid langsung merespon. Ia menegaskan, kamus itu telah ditarik dari peredaran untuk selanjutnya diperbaiki.

"Saya mengakui bahwa ini kesalahan karena kealpaan bukan karena kesengajaan, itu poin yang saya tekankan, tapi sekarang sudah diturunkan, dan juga di perpustakaan kemdikbud juga kita tarik," kata Hilmar.

Lalu editor Kamus Sejarah Indonesia, Prof Susanto Zuhri juga telah memberikan klarifikasi. Ia menyatakan, buku yang ramai diperbincangkan tersebut masih bersifat draf, belum diterbitkan secara resmi oleh Kemendikbud, sehingga masih dalam proses pembuatan.

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI