Suara.com - Sejumlah pengungsi korban banjir dan longsor akibat badai siklon tropis seroja di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) membutuhkan bantuan air bersih.
Mereka yang mengungsi di gubuk atau Pondok Parek Walang, Desa Petuntawa, Kecamatan Ile Ape itu sudah enam hari mandi dan mencuci dengan air embung atau tampungan air hujan.
Kepala Posko Pondok Parek Walang Artos Tobiona mengatakan untuk kebutuhan masak dan minum mereka terpaksa membeli air bersih. Satu drum air bersih mereka beli dengan harga Rp15 ribu.
"Kita sudah kekurangan air bersih 6 hari ini. Untuk mandi dan mencuci pakai air embung yang dibangun, sedangkan untuk konsumsi kemarin terpaksa beli sendiri," kata Artos kepada Suara.com, Kamis (22/4/2021).
Baca Juga: Update Bencana NTT: 181 Orang Meninggal Dunia, 47 Masih Hilang
Selain membutuhkan bantuan air bersih, mereka juga membutuhkan bantuan sumber listrik darurat. Sebab, Pondok Parek Walang yang terletak di perkebunan warga itu belum ada listrik sebagai sumber penerangan dan mengisi daya alat telekomunikasi untuk mempermudah proses komunikasi.
"Kalau soal sumber makanan masih ada jagung dan ubi yang bisa dikonsumsi," katanya.
Bayi dan Ibu Hamil
Ratusan korban banjir dan longsor diketahui mengungsi di Pondok Parek Walang. Mereka di antaranya merupakan ibu hamil, bayi hingga lansia.
Suara.com sempat mendatangi langsung lokasi pengungsian Pondok Parek pada 10 April 2021 lalu.
Baca Juga: Ratusan Warga Kabupaten Lembata Mengungsi di Kebun
Pondok atau gubuk tersebut sebelumnya digunakan sebagai tempat peristirahatan warga seusai berkebun sekaligus menyimpan hasil panen. Pada tahun 2020 lalu saat terjadi bencana erupsi Gunung Ile Ape, pondok Parek Walang juga digunakan oleh warga sebagai tempat pengungsian.
"Ada 13 bayi balita 0-5 tahun, ibu hamil dan ada satu bayi merah belum sampai 2 Minggu juga," kata Artos saat ditemui Suara.com di lokasi.
Sebagian besar dari pengungsi di Pondok Parek Walang berasal dari desa-desa yang terdampak bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lembata. Total jumlah pengungsi yakni 246 jiwa.
"Sebanyak 246 jiwa terdiri dari 54 KK dari Desa Lamawara dan 11 KK tersebar di Desa Atawatung, Desa Mawa, Desa Bunga Muda, Desa Amakaka, dan Desa Tanjung Batu," beber Artos.