Suara.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim seperti tidak pernah jauh dari kata kontroversi. Ia kembali mendapat sorotan karena tidak ditemukannya nama K.H Hasyim Asyari dalam Kamus Sejarah Indonesia jilid 1. Ternyata ada beberapa kontroversi Nadiem Makarim sebelumnya.
Padahal jelas jasa beliau pada negara Indonesia. Kontroversi Nadiem Makarim tersebut bukan kali pertama, namun sudah ada sederet kontroversi lain yang pernah terjadi, dan berkaitan erat dengannya.
Kontroversi Nadiem Makarim
1. Menghadiri Pelantikan Rektor UI dengan Celana Jeans
Baca Juga: Ini Pesan Megawati untuk Mendikbud Nadiem Saat Bertemu di Teuku Umar
Celana jeans memang dapat dikatakan lekat dengan tampilan yang casual dan santai. Namun lain halnya jika celana ini digunakan seorang menteri, dalam pelantikan Rektor UI yang baru.
Pada akhir 2019 lalu, Menteri Nadiem Makarim menghadiri pelantikan Rektor UI dengan mengenakan celana jeans. Sontak banyak kritik berdatangan, karena ia dinilai terlalu santai.
2. Pidato dengan Bahasa Inggris
Menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, seperti sudah lumrah jika publik menjadikannya panutan. Namun Menteri Nadiem justru melakukan hal yang cukup unik, dimana ia beberapa kali melakukan pidato dengan bahasa Inggris.
Tidak salah memang, namun hal ini cukup membuat publik berdecak. Bukankah idealnya seorang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia berpidato menggunakan bahasa sendiri?
Baca Juga: Temui Megawati, Menteri Nadiem: Saya Banyak Belajar Pengalaman Beliau
3. Naskah Pidato yang Dibuang
Kembali kontroversi Nadiem Makarim terjadi, dan masih berkaitan dengan poin pertama, ketika pelantikan Rektor UI.
Naskah pidato yang telah disiapkan justru dibuang, dan Nadiem Makarim memilih untuk menyampaikan prioritas kerja yang akan dilakukannya selama lima tahun kedepan. Hal ini semakin menjadi kontroversi karena disampaikan ketika beliau berbicara di podium.
4. Hilangnya Nama Pendiri NU
Hilangnya nama pendiri NU, K.H Hasyim Asyari dalam Kamus Sejarah Indonesia jilid 1 menjadi kontroversinya yang terakhir, dan baru-baru ini terjadi. Publik, utamanya umat NU, menyampaikan keberatan dan kritik atas tidak ditemukannya nama pendiri NU dalam kamus tersebut. Padahal sebelumnya nama K.H Hasyim Asyari masuk dalam nama pahlawan nasional.
Awal masa jabatannya, Nadiem sudah harus berhadapan dengan pandemi Covid-19. Sehingga ia benar-benar dituntut untuk bekerja secara adaptif namun tetap penuh perhitungan.
Meski tidak sedikit kontroversi Nadiem Makarim yang terjadi. Namun sepertinya publik juga layak mengapresiasi langkah sigap yang diambilnya untuk terus menjalankan program pendidikan meski harus berada di tengah kondisi yang berbeda.
Kontributor : I Made Rendika Ardian