Black Lives Matter: Bagaimana Vonis Derek Chauvin Mengubah Amerika

Rabu, 21 April 2021 | 10:05 WIB
Black Lives Matter: Bagaimana Vonis Derek Chauvin Mengubah Amerika
Demonstran membawa foto wajah George Floyd. (Anadolu Agency)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Poliisi pembunuh George Floyd, Derek Chauvin divonis bersalah dalam persidangan yang berlangsung kemarin. Keputusan ini dianggap setimpal, bagi mereka yang menyuarakan keadilan untuk warga kulit hitam atau Afro Amerika.

Menyadur ABC11 Rabu (21/04), Presiden AS Joe Biden menyebut vonis itu sebagai langkah besar menuju keadilan di Amerika. "Kesempatan pertama kami dalam menangani rasisme sistemik."

Wakil Presiden AS, Kamala Harris mengatakan vonis ini memang tak bisa menghilangkan rasa sakit, namun bisa memberi rasa lega atas keadilan. "Ukuran keadilan tidak sama dengan keadilan yang setara," kata Harris."

Lalu sejauh apa vonis ini mengubah Amerika? Sambil menyebut ini sebagai bagian dari warisan Floyd, Kamala Harris mengatakan anggota parlemen kini bisa mengambil undang-undang yang akan mereformasi kepolisian di Amerika.

Baca Juga: Remaja yang Rekam Insiden George Floyd Terima Penghargaan Keberanian

Secara spesifik, AS memiliki sistem kepolisian yang luas dan terdesentralisasi di mana negara itu memiliki sekitar 18.000 departemen kepolisian.

Joe Biden dan Kamala Harris. (twitter @kamalaharris)
Joe Biden dan Kamala Harris. (twitter @kamalaharris)

Masing-masing departemen menggunakan kebijakan kekuatan, praktik perekrutan dan mekanisme pengawasan mereka sendiri. Hal ini membuat reformasi universal hampir mustahil.

Medaria Arradondo, kepala polisi kulit hitam pertama di Minneapolis pernah menggugat departemennya atas diskriminasi ketika dia berjuang untuk naik pangkat.

Kini dengan adanya vonis bersalah pada Derek Chauvin, polisi 'pembunuh' yang sudah 19 tahun berkerja di kepolisian, diharapkan tak ada lagi diskriminasi terhadap ras dan warna kulit.

Sementara itu, keputusan sidang juga membuat staf presiden kewalahan karena pidato yang sudah mereka siapkan untuk 'Rencana Pekerj Amerika' harus dirombak ulang.

Baca Juga: CEK FAKTA: Bule Amerika Serukan 'Vote Jokowi' Saat Demo soal George Floyd?

Mereka harus membuat pidato baru yang isinya menyesuaikan hasil keputusan sidang. Para ajudan langsung mempelajari bahasa baru untuk pernyataan presiden selama sekitar seminggu terakhir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI