"Oleh karena itu kami mengembangkan PLTP skala kecil yang mudah-mudahan bisa dikembangkan di berbagai daerah yang punya kandungan panas bumi sehingga listrik yang dihasilkan akan bermanfaat bagi daerah sekitarnya," tuturnya.
Keempat, baterai listrik. Indonesia juga tengah mengembangkan baterai litium dan teknologi fast charging untuk keperluan kendaraan listrik, juga teknologi battery swapping.
Karenanya Bambang berharap teknologi tersebut sudah siap dipakai dan dikembangkan ketika kendaraan listrik sudah mulai dipromosikan.
"Dengan teknologi seperti itu kita harapkan nantinya ketika kendaraan listrik mulai dipromosikan sebagai komitmen kita mengurangi emisi maka teknologi itu sudah siap pakai dan bisa dikembangkan di Indonesia," katanya.
Selanjutnya kelima, pemerintah tetap menjaga pengembangan teknologi nuklir. Pasalnya kata Bambang, Indonesia harus memastikan listrik yang memadai ketika Indonesia ekonominya semakin tumbuh ke depannya.
"Untuk memastikan listrik memadai tentunya kita pada satu sisi kita harus comply pada Paris Agreement. Bagaimanapun kesiapan teknologi nuklir harus terus dijaga, terutama dari unsur keselamatannya baik lokasi maupun teknologi yang menjamin keselamatan dari teknologi nuklir tersebut," ucapnya.
Tak hanya itu, mantan Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional itu menyebut dalam kerangka Paris Agreement dan Green Economy yang diinginkan oleh Jokowi, Kemenristek/BRIN juga mengembangkan penelitian berbasis ekonomi sirkuler.
Bambang mengatakan, ekonomi selama ini bersifat linier di mana limbahnya tidak terurus dan menjadi beban. Dengan ekonomi sirkuler, limbah yang muncul dari kegiatan ekonomi akan diolah kembali.
"Limbah tersebut bisa diolah menjadi bahan lain maupun energi melalui pembangkit listrik berbasis sampah," ucapnya.
Baca Juga: Kemenristek Melebur ke Kemendikbud, Bambroj Harap Transisinya Tidak Masalah
Kata Bambang, teknologi pengolahan sampah juga harus terus dikembangkan dengan memperhatikan berbagai jenis sampah yang muncul di berbagai tempat di Indonesia.