Suara.com - Idriss Deby Itno kembali terpilih kembali sebagai Presiden Chad untuk masa jabatan keenam atau selama 30 tahun berkuasa, nyaris menyamai Presiden Soeharto.
Menyadur Deutch Welle, Selasa (20/4/2021) presiden petahana mendulang suara 79,32%, menurut hasil sementara yang dirilis oleh komisi pemilihan pada hari Senin (19/4).
Mantan perdana menteri Albert Pahimi Padacke berada di urutan kedua dengan perolehan 10,32% suara, sementara calon presiden wanita pertama Chad, Lydie Beassemda, mendapatkan 3,16%.
Pemilihan umum diadakan pada 11 April dan memiliki jumlah pemilih di bawah 65%. Pemilu tersebut juga diboikot oleh para pemimpin oposisi teratas Chad.
Baca Juga: Iriana Jokowi Masuk Kandidat Capres, Rocky Gerung Beri Perbandingan Menohok
Hasil pemilihan presiden tersebut belum disahkan oleh Mahkamah Agung Chad.
Presiden berusia 68 tahun, akan memberikan pidato kemenangan, tetapi direktur kampanyenya mengatakan dia malah mengunjungi tentara Chad yang memerangi pemberontak di ibu kota N'Djamena.
"Kandidat akan senang berada di sini untuk merayakan ... tapi sekarang, dia bersama pasukan pertahanan dan keamanan kami yang gagah berani untuk melawan teroris yang mengancam wilayah kami," kata Mahamat Zen Bada, direktur kampanye Presiden Deby.
Presiden Deby mulai berkuasa di Chad melalui aksi pemberontakan pada tahun 1990.
Janji perdamaian dan keamanan
Baca Juga: Ahli Virologi: Vaksin AstraZeneca Tak Ampuh Lawan Varian Afrika Selatan
Deby berjanji akan meningkatkan perdamaian dan keamanan di negaranya, yang telah diterpa oleh pemberontakan dan kekerasan selama bertahun-tahun.
Tentara Chad mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menewaskan sekitar 300 pemberontak dan menahan 150 orang.
Menurut juru bicara militer Jenderal Azem Bermandoa Agouna, pemberontak bersenjata berat yang berjuang untuk Front for Change and Concord in Chad (FACT) memasuki Chad utara dari Libya dan melewati provinsi Kanem sebelum mendekati ibu kota.
"Lima tentara tewas dan 36 luka-luka dalam bentrokan antara pasukan dan pemberontak," katanya.
Negara tersebut mendukung aliansi G5 Sahel dalam memerangi teror di wilayah tersebut. Beberapa kelompok teroris aktif di Sahel, dan beberapa dari mereka memiliki hubungan dengan kelompok teroris Islam seperti al-Qaeda atau ISIS.
Bentrokan baru-baru ini di Chad telah menimbulkan kekhawatiran di negara-negara Barat, banyak di antaranya memandang Deby sebagai sekutu dalam perang melawan terorisme regional.
AS telah meminta semua staf kedutaan untuk meninggalkan negara itu. Inggris juga telah menyarankan warganya untuk meninggalkan Chad secepat mungkin.