Pendiri NU Raib di Kamus Kemendikbud, PKS: Bentuk Pengkhianatan Sejarah!

Selasa, 20 April 2021 | 14:41 WIB
Pendiri NU Raib di Kamus Kemendikbud, PKS: Bentuk Pengkhianatan Sejarah!
Sampul buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I. [Kemendikbud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini memandang ada keteledoran dan ketidakpahaman tim penyusun tentang sejarah bangsa, terkait hilangnya nama pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari dalam draf Kamus Sejarah Indonesia Jilid I yang beredar, yang dipersiapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Meski Kemendikbud telah membantah dan menegaskan draf tersebut masih dalam tahap penyempurnaan, Jazuli berujar hal itu tetap sebagai keteledoran.

"Maka buku tersebut atau kalau masih draf buku sekalipun harus segera ditarik dari peredaran karena bisa menyesatkan anak bangsa," kata Jazuli kepada wartawan, Selasa (20/4/2021).

Jazuli mengatakan sejarah harus ditulis secara utuh guna memberikan wawasan dan pemahaman kepada anak bangsa.

Ia berujar tidak boleh ada yang memutus mata rantai sejarah perjalanan bangsa. Jika ada kesengajaan dalam hilangnya nama Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari, kata Jazuli maka hal itu merupakan pengkhianatan terhadap sejarah.

"Siapapun yang menyusun dan menyebarkan jika ada unsur kesengajaan, ini bentuk pengkhianatan terhadap sejarah bangsa. Maka buku tersebut atau kalau masih draf buku sekalipun harus segera ditarik dari peredaran karena bisa menyesatkan anak bangsa," kata Jazuli.

Bantahan Kemendikbud

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membantah telah menghapus nama pendiri NU, Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari dari Kamus Sejarah Indonesia Jilid I terbitan Kemendikbud.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan, pihaknya tidak atau belum pernah menerbitkan buku tersebut secara resmi.

Baca Juga: Habib Rizieq Dapat Rekomendasi Dari Ahmad Heryawan Terkait Lahan PTPN

"Dokumen tidak resmi yang sengaja diedarkan di masyarakat oleh kalangan tertentu merupakan salinan lunak (softcopy) naskah yang masih perlu penyempurnaan. Naskah tersebut tidak pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat," kata Hilmar dalam keteranganya, Selasa (20/4/2021).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI