Suara.com - Seorang diplomat Uni Eropa mengungkapkan jika 150.000 militer Rusia sudah berada di perbatasan Ukraina yang membuat ketegangan di antara kedua negara semakin meningkat.
Menyadur Al Jazeera, Selasa (20/4/2021) Diplomat tertinggi Uni Eropa mengatakan bahwa dalam menghadapi penumpukan militer besar-besaran pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina, hanya perlu "percikan" untuk memicu konfrontasi.
Josep Borrell mengatakan setelah pertemuan virtual para menteri luar negeri Uni Eropa bahwa pengerahan pasukan Rusia tersebut adalah "masalah yang memprihatinkan".
"Ini adalah penempatan militer tertinggi tentara Rusia di perbatasan Ukraina yang pernah ada. Jelas bahwa itu menjadi masalah ketika Anda mengerahkan banyak pasukan,"
kata Borrell.
Baca Juga: Targetkan Kutub Selatan, Rusia Akan Kembali ke Bulan Tahun Ini
"Percikan api bisa melompat ke sana-sini." ujarnya.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa tersebut juga mengatakan kepada wartawan bahwa "ada lebih dari 150.000 tentara Rusia berkumpul di perbatasan Ukraina dan di Krimea."
Borrell mengatakan bahwa "terbukti" ada risiko eskalasi lebih lanjut.
Borrell menolak untuk mengatakan dari mana dia mendapatkan jumlah 150.000 pasukan Rusia, tetapi menyebutnya "angka referensi" saja.
Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan yang diberikan oleh Menteri Pertahanan Ukraina Andriy Taran pada hari Rabu yakni 110.000 pasukan.
Baca Juga: Uni Eropa Kemungkinan akan Hentikan Vakisnasi AstraZeneca, Ini Sebabnya
Di Washington, Pentagon mengatakan pengerahan militer Rusia tersebut merupakan yang terbesar sejak tahun 2014 dan tidak jelas apakah itu untuk tujuan pelatihan.
Seorang pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan jumlah pasukan Rusia itu mencapai puluhan ribu tetapi tidak mengetahui intelijen yang menunjuk ke lebih dari 150.000 tentara Rusia.
Amerika Serikat juga menyatakan "keprihatinan yang mendalam" atas rencana Rusia untuk memblokir kapal angkatan laut asing dan kapal lain di beberapa bagian Laut Hitam, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Ini mewakili eskalasi tak beralasan lainnya dalam kampanye berkelanjutan Moskow untuk melemahkan dan mengguncang Ukraina," kata Price.
Tidak ada sanksi
Pernyataan Borrell muncul setelah Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba berbicara kepada saat pertemuan hari Senin dan memintanya untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia.
Rusia merebut Krimea dari Ukraina pada Maret 2014 dan telah dituduh oleh negara-negara Kyiv dan Barat mempersenjatai, mendanai, dan memimpin pasukan separatis di timur Ukraina.
Terlepas dari permohonan Kuleba, Borrell mengatakan tidak ada sanksi ekonomi baru atau pengusiran diplomat Rusia yang direncanakan untuk saat ini.
Kremlin berulang kali membantah memainkan peran apa pun dalam konflik di wilayah Donbas, di mana terdapat wilayah Donetsk dan Luhansk.
Rusia juga mengklaim jika pergerakan pasukannya di wilayah tersebut sebagai bentuk pertahanan. Mereka juga menyatakan unit militer yang dipindahkan ke posisi perbatasan akan tetap di posisinya selama Moskow mau.
Ketegangan baru Kyiv dengan Moskow sementara itu semakin memperburuk hubungan antara Rusia dan Barat, yang telah jatuh ke posisi terendah pasca-Perang Dingin menyusul penangkapan kritikus Kremlin Alexey Navalny awal tahun ini.