Suara.com - Ibu kota India, Delhi, memberlakukan karantina selama sepekan ke depan, setelah rekor lonjakan kasus yang membuat sistem kesehatan kota kewalahan.
Kantor pemerintah dan layanan penting, seperti rumah sakit, apotek, dan toko grosir, dibuka selama karantina, yang dimulai pada Senin (19/04) malam.
Kota itu telah memberlakukan jam malam pada akhir pekan, namun lonjakan kasus harian tertinggi terjadi pada hari Minggu (18/04), dengan 24.462 kasus.
India kini dilanda gelombang kedua Covid-19 yang mematikan sejak awal April.
Baca Juga: Setelah Afrika Selatan, Kini Ada Varian Baru Virus Corona dari India?
Lebih dari 273.000 kasus virus corona telah dilaporkan di seluruh India - dengan lebih dari 1.600 kematian - dalam 24 jam terakhir.
- Gelar ritual massal keagamaan dan pawai politik, India dilanda ‘tsunami Covid’ - 230.000 kasus dalam sehari
- Tercepat di dunia, India salurkan 100 juta dosis vaksin Covid-19 dalam 85 hari
- Varian baru 'mutasi ganda' Covid ditemukan di India
Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal mengatakan kota itu hampir kehabisan tempat tidur di unit perawatan intensif rumah sakit (ICU) dan pasokan oksigen tidak mencukupi.
"Saya selalu menentang karantina, tetapi yang ini akan membantu kami menambah jumlah tempat tidur rumah sakit di Delhi," katanya dalam konferensi pers virtual pada hari Senin.
Dia juga mengimbau para pekerja migran yang ada di ibu kota untuk tidak pergi, seperti pada karantina nasional tahun lalu yang membuat jutaan dari mereka kembali ke kampung halaman setelah mendapati diri mereka menganggur dan kehabisan uang.
"Ini adalah keputusan yang sulit untuk diambil, tetapi kami tidak punya pilihan lain," kata Kejriwal.
Baca Juga: Varian Baru Virus Corona India Mengkhawatirkan, Ini Dua Penyebabnya
"Saya tahu ketika karantina diumumkan, pekerja berupah harian menderita dan kehilangan pekerjaan mereka. Tapi saya mengimbau mereka untuk tidak meninggalkan Delhi. Ini adalah karantina singkat dan kami akan menjaga Anda."
Krematorium di daerah itu juga kewalahan, lapor wartawan BBC Rajini Vaidyanathan di Delhi.
Gambar-gambar menyedihkan menunjukkan mayat dibakar di trotoar, di luar salah satu pinggiran ibu kota.
Satu dari tiga orang di Delhi dinyatakan positif.
Aturan karantina:
- Tempat keagamaan diperbolehkan untuk dibuka, tetapi tidak dapat menerima pengunjung
- Hanya 50 orang yang diizinkan di pesta pernikahan dan maksimal 20 orang di pemakaman
- Pusat perbelanjaan, bioskop, restoran, taman umum, gym, dan spa akan tetap ditutup selama karantina
- Semua pertemuan sosial, politik dan agama dilarang
- Acara olahraga tanpa penonton diperbolehkan
- Transportasi umum seperti bus dan metro akan berfungsi dengan kapasitas tempat duduk hingga 50%
- Siswa yang hadir untuk ujian dengan dokumen yang sah akan diizinkan melakukan perjalanan
- Makanan yang dikirim rumah dan makanan dibawa pulang yang dibuat oleh restoran diperbolehkan
- Orang yang bepergian untuk vaksinasi atau pengetesan Covid-19 diizinkan jika mereka memiliki dokumen yang valid
Selagi dilanda gelombang baru virus corona yang parah, pemerintah India mengumumkan bahwa setiap penduduk dewasa, akan mendapatkan vaksin mulai awal bulan depan.
"Dalam pertemuan yang dipimpin oleh [Perdana Menteri] Narendra Modi, keputusan penting yang mengizinkan vaksinasi untuk semua orang yang berusia di atas 18 tahun mulai 1 Mei telah diambil," tulis Kementerian Kesehatan dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh kantor berita AFP.
India telah melaporkan lebih dari 200.000 kasus setiap hari sejak 15 April - melewati puncaknya tahun lalu, ketika rata-rata mencapai 93.000 kasus per hari.
Imbas dari gelombang kedua Covid-19 di India, pada Senin (19/04) Perdana Menteri Inggris Boris Johnson membatalkan perjalanan yang direncanakan ke negara itu.
Pemimpin kedua negara dijadwalkan akan berbicara pada akhir bulan ini untuk "meluncurkan rencana ambisius untuk kemitraan masa depan," kata sebuah pernyataan.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock juga mengumumkan pada Senin sore bahwa India telah dimasukkan dalam daftar merah perjalanan negara itu, yang berarti orang-orang yang telah berada di India dalam 10 hari terakhir dilarang memasuki Inggris.
Mantan Perdana Menteri India Manmohan Singh dirawat di rumah sakit setelah dinyatakan positif terkena virus, laporan media India.
Maharashtra, yang beribu kota di pusat finansial Mumbai, tetap menjadi negara bagian yang paling parah terkena dampak, terhitung hampir sepertiga dari sekitar 1,9 kasus aktif di India.
Tapi Delhi menjadi kota yang paling parah terkena dampak, dengan mencatat lebih banyak kasus harian ketimbang Mumbai dalam beberapa hari terakhir.
Rumah sakit sedang berjuang untuk mengakomodasi pasien positif Covid di Delhi dan kota-kota lain, yang terkena dampak parah seperti Mumbai, Lucknow, dan Ahmedabad.
Beberapa negara bagian telah melaporkan kekurangan tempat tidur di bangsal Covid dan ICU.
Bahkan hasil tes ditunda karena banyaknya permintaan, yang menurut dokter, menyebabkan orang tidak didiagnosis dan dirawat tepat waktu.
Para ahli mengatakan pemerintah India mengabaikan peringatan gelombang kedua dan tidak berbuat banyak untuk mencegahnya atau bahkan menahannya.
Mereka merujuk pada pertandingan kriket yang dihadiri oleh kerumunan orang yang tanpa mengenakan masker, pawai politik besar-besaran yang tampaknya mengabaikan aturan dasar keselamatan Covid, dan festival Hindu besar di mana jutaan orang berkumpul di tepi sungai Gangga pada awal bulan ini.
Didukung oleh penurunan tajam dalam jumlah kasus dan dimulainya program vaksinasi, India memulai tahun ini dengan apa yang tampak sebagai kondisi normal.
Tetapi keadaan segera berubah menjadi lebih buruk ketika orang-orang mulai lebih sering meninggalkan rumah, lebih sedikit mengenakan masker dan bersosialisasi dalam kelompok yang lebih besar.
Masuknya varian dan kelambatan dalam upaya vaksinasi hanya meningkatkan infeksi lebih lanjut, kata para ahli.
Dalam beberapa pekan, India melesat ke puncak daftar negara dengan kasus Covid terbanyak dunia, mencatat lebih banyak kasus setiap hari daripada negara lain.