Fakta-fakta Vaksin Nusantara: Penggagas hingga Update Terbaru

Rifan Aditya Suara.Com
Jum'at, 16 April 2021 | 11:31 WIB
Fakta-fakta Vaksin Nusantara: Penggagas hingga Update Terbaru
Fakta vaksin Nusantara - Lab pembuatan Vaksin Nusantara di RSUP Kariadi [suara.com/Dafi Yusuf]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Beberapa syarat yang belum terpenuhi diantaranya uji klinik yang baik (good clinical practical), cara pembuatan obat yang baik (good manufacturing practice), good laboratory practice, dan proof of concept.

Poin terakhir ini, bahkan ditekankan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K Lukito karena ia masih mempertanyakan apakah vaksin Nusantara sudah memberikan khasiat pada uji klinis tahap satu.

Sejumlah anggota DPR RI dan pejabat ikut uji klinis Vaksin Nusantara di RSPAD, Rabu (14/4/2021). (Suara.com/Tio)
Sejumlah anggota DPR RI dan pejabat ikut uji klinis Vaksin Nusantara di RSPAD, Rabu (14/4/2021). (Suara.com/Tio)

Berbasis Sel Dendritik

Berbeda dengan vaksin konvensional seperti AstraZeneca, Sinovac dan sebagainya yang mengandalkan sel dendritik yang ada di dalam tubuh. Vaksin Nusantara justru dibuat dengan mengeluarkan sel dendritik dari dalam tubuh dan memasukkannya kembali.

Sehingga untuk mendapat vaksin Nusantara ini, darah seseorang yang akan divaksin harus dikeluarkan terlebih dahulu, setelah itu petugas ahli akan menumbuhkan sel prekursor dendritic secara spesifik, lalu ditambahkan suatu senyawa khusus sehingga nantinya sel dendritic bisa terbentuk.

Setelah diinkubasi kurang lebih 2 sampai 3 hari, barulah sel tersebut akan disuntikan kepada relawan yang telah menyumbangkan darah. Sehingga darah relawan satu tidak bisa diberikan ke relawan lain.

Hal inilah yang membuat vaksin Nusantara dianggap terlalu rumit dan mahal

Panen Kritik

Sejumlah peneliti, salah satunya ahli penyakit tropic dan infeksi Universitas Indonesia (UI), dr Erni Juwita Nelwan SpPD menyampaikan jika penggunaan sel dendritik untuk vaksin COVID-19 terlalu rumit.

Baca Juga: Eks Menkes Siti Fadilah Dukung Vaksin Nusantara: Peneliti Berpikir Inovatif

Padahal dalam masa seperti ini kita membutuhkan vaksin yang lebih praktis dan pembuatannya tidak memakan waktu

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI