Para Analis Politik Membaca Peta Wacana Reshuffle Kabinet Jokowi

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 16 April 2021 | 03:55 WIB
Para Analis Politik Membaca Peta Wacana Reshuffle Kabinet Jokowi
Ilustrasi Istana Merdeka [suara.com/Erick Tanjung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wacana reshuffle kabinet pemerintahan Joko Widodo - Maruf Amin dapat dibaca dari dua kacamata.

Rencana reshuffle yang dilakukan Jokowi bisa jadi murni karena evaluasi atau kembali berbagi kekuatan atau power sharing alias bagi-bagi kekuasaan, kata analis politik dari Indo Strategi Research and Consulting Arif Nurul Imam kepada Suara.com.

"Kedua, sebagai bagian power sharing dalam menata kekuasaan pemerintah," kata Arif kepada Suara.com, Kamis (15/4/2021).

Wacana reshuffle yang mencuat belakangan ini, menurut Arif, dapat diamati menjadi momen hanya untuk melantik menteri baru atau memang melakukan pergantian menteri lama.

Baca Juga: Presiden Jokowi Usul Liga 1 dengan Penonton, Ini Respon Yoyok Sukawi

Apabila Jokowi melakukan pergeseran menteri, kata dia, maka kuat dugaan bakal mengevaluasi kabinetnya atau berbagai kekuasaan.

Menurutnya, apabila Jokowi melakukan pergantian menteri, pasti sosok yang kinerjanya dianggap buruklah yang bakal diganti.

"Kalau reshuffle bersifat akomodasi politik tentu akan meminggirkan profesional murni dan diganti para kader partai," kata Arif.

Pengajar Ilmu Politik Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi, menilai sudah saatnya memberi ruang untuk sosok muda menjadi menteri jika Jokowi jadi me-reshuffle kabinet.

Airlangga Pribadi dalam keterangan pers, menilai saat ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan ruang kepada sosok muda yang penuh semangat namun mumpuni untuk memperkuat tim kepresidenan.

"Sosok muda namun memiliki integritas tinggi serta semangat dalam membangun bangsa layak untuk mewarnai wajah kabinet atau mendampingi Presiden dalam mengawal program prioritas," katanya.

Airlangga melihat ada beberapa nama, seperti Wisnutama dan Hanif Dhakiri, yang pernah menjadi menteri, kemudian Yenny Wahid yang memiliki basis massa kuat dengan intelektual Yenny yang melekat.

Selain itu, juga ada nama Dimas Oky Nugroho yang pernah berada di kantor staf kepresidenan, yang diyakininya mampu membaca arah kebijakan prioritas, apalagi sosok muda tersebut saat ini posisinya sebagai staf ahli Menko Perekonomian.

"Kementerian yang memiliki peranan penting dalam melewati situasi krisis pandemi dan Najwa Shihab yang merupakan sosok muda, mewakili keterlibatan perempuan dalam politik,” kata Airlangga.

Figur muda yang dimaksud oleh Airlangga adalah figur yang matang dalam berpikir serta memahami agenda pemerintah.

"Saya pikir anak muda namun harus cukup matang dan energik, serta dapat memahami agenda prioritas pemerintah, serta mampu mengadvokasi isu-isu demokrasi, pemberdayaan sosial ekonomi dan komunikasi politik terhadap rakyat,” kata Airlangga.

Baca Juga: Iriana Jokowi Jadi Kandidat Kuat Capres, Said Didu: Cucunya Tak Disurvei?

Airlangga juga mengusulkan agar posisi wakil menteri di berbagai kementerian segera diisi dengan sosok yang memiliki kecakapan dalam komunikasi politik yang baik agar dapat membantu menteri dalam menjembatani antara negara dan masyarakat.

"Posisi wakil menteri yang selama ini masih kosong agar diaktifkan atau diisi dengan sosok yang memiliki kemampuan substansi dan komunikasi politik yang baik dengan masyarakat," kata dia.

Situasi seperti saat ini, menurut dia, membutuhkan pemimpin yang inovatif yang memiliki kemampuan sebagai jembatan politik antara negara dan masyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI