Suara.com - Otoritas Chile pada Minggu (11/4) mendukung penggunaan luas vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan China, Sinovac, usai seorang pejabat tinggi bidang kesehatan China tampak membuat pernyataan yang simpang siur terkait kemanjuran vaksin itu.
Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Gao Fu, mengatakan dalam sebuah konferensi di kota Chengdu, China pada Sabtu (10/4) bahwa negaranya berencana untuk mencampur vaksin COVID-19 mengingat vaksin yang tersedia saat ini “tidak memiliki tingkat pelindungan yang begitu tinggi”.
Kemudian dia mengatakan dalam wawancara dengan media negara bahwa komentarnya “salah dimengerti”.
Data yang tersedia menunjukkan vaksin China tertinggal di belakang vaksin lain, termasuk Pfizer dan Moderna, terkait kemanjuran. Namun, vaksin itu membutuhkan kontrol temperatur yang lebih feksibel dalam penyimpanannya.
Baca Juga: China Ingin Campur Berbagai Jenis Vaksin Covid-19, Begini Respon Kemenkes
Dalam uji coba klinis Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinovac China di Brazil, ditemukan bahwa kemanjurannya hanya sedikit di atas 50 persen.
Studi nyata yang dilakukan oleh Universitas Chile soal vaksinasi dan penularan menyebutkan pada pekan lalu bahwa vaksin itu memiliki efektivitas sebesar 54 persen dalam mengurangi infeksi.
Chile membayar 3,5 juta dolar AS untuk melakukan uji klinis terhadap vaksin dan telah memesan 60 juta dosis untuk diberikan pada populasi sebesar 18 juta orang dalam waktu tiga tahun.
Negara tersebut secara garis besar telah bergantung pada vaksin Sinovac, serta vaksin Pfizer dalam jumlah lebih kecil, untuk menjalankan gerakan vaksinasi. Sejauh ini, sebanyak 4,6 juta orang telah diinokulasi lengkap dengan dua dosis dan 7,2 juta orang telah menerima satu suntikan.
Chile juga menandatangani kesepakatan untuk pasokan vaksin dari perusahaan obat-obatan Johnson & Johnson serta AstraZeneca. Namun, perjanjian itu belum terwujud akibat pasokan terganggu.
Baca Juga: Agar Tetap Berjalan, Pemerintah Andalkan Stok Vaksin Covid-19 Sinovac
Pada Minggu (11/4), menteri ilmu pengetahuan Chile Andres Couve mengatakan penting untuk fokus terhadap data dan efektivitas vaksin dalam mengurangi penyakit yang membutuhkan perawatan medis atau perawatan di rumah sakit, atau kematian --yang dalam penelitian di Brazil masing-masing mencapai 87,3 persen dan 100 persen kasus.
Dia mengatakan bahwa kementerian kesehatan Chile akan segera memublikasikan studi nyata terkait efektivitas kedua vaksin yang didistribusikan kepada penduduk dan meminta agar para warga Chile terus berpartisipasi dalam program vaksinasi.
Direktur Institut Kesehatan Publik Chile, Heriberto Garcia, yang melampuhijaukan distribusi darurat CoronaVac, mengatakan bahwa masyarakat tak perlu memperhatikan headline berita.
“Studi Universitas Chile dan studi yang akan dikeluarkan kementerian kesehatan mengatakan hal yang sama: jumlah orang yang jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit telah berkurang,” katanya pada harian lokal La Tercera. “Kita berada di jalur yang benar.” [Reuters/Antara]