Suara.com - Tentara Filipina dan Amerika Serikat akan melakukan latihan militer gabungan selama dua minggu mulai Senin (12/4), setelah sempat tertunda akibat Covid-19.
Menyadur Channel News Asia, Senin (12/4/2021) pengumuman itu muncul setelah menteri pertahanan kedua negara mengadakan panggilan telepon untuk membahas latihan tersebut, situasi di Laut China Selatan dan perkembangan keamanan regional baru-baru ini.
Tidak seperti latihan sebelumnya, latihan Balikatan ("bahu-ke-bahu") tahun ini untuk menguji kesiapan militer mereka dalam menanggapi ancaman seperti bencana alam dan serangan ekstremis militan, akan diperkecil.
Hanya 1.700 tentara - 700 dari Amerika Serikat dan 1.000 dari Filipina - yang akan berpartisipasi, tidak seperti latihan sebelumnya yang melibatkan sebanyak 7.600 tentara, kata Letnan Jenderal Cirilito Sobejana.
Baca Juga: Bahaya Terorisme di Indonesia, Kedubes AS Keluarkan Peringatan
"Akan ada kontak fisik tapi minimal," ujarnya.
Filipina telah memprotes kehadiran kapal-kapal China di dalam zona ekonomi eksklusif 370 km di Whitsun Reef di jalur air strategis.
Namun, para diplomat China mengatakan bahwa kapal-kapal penangkap ikan itu hanya berlindung dari laut yang ganas dan tidak ada milisi di dalamnya.
Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, Cina dan Vietnam memiliki klaim teritorial yang bersaing di Laut Cina Selatan.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menegaskan kembali pentingnya Visiting Forces Agreement (VFA) antara kedua negara, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh departemen Lorenzana.
Baca Juga: Kedutaan Besar Amerika : Ada Ancaman Teroris Skala Tinggi di Indonesia
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana berkomitmen untuk membahas masalah tersebut dengan Presiden Rodrigo Duterte.
Duterte tahun lalu secara sepihak membatalkan VFA yang berusia dua dekade sebagai tanggapan setelah visa AS sekutunya ditolak.
Namun, periode penarikan VFA telah diperpanjang dua kali, menciptakan apa yang menurut pejabat Filipina merupakan jendela untuk kesepakatan yang lebih baik.
Hubungan antara Washington dan bekas jajahan Asia menjadi rumit sejak 2016, ketika Duterte, yang mengkritik kebijakan luar negeri AS saat berteman dengan China.
Duterte mengatakan Washington harus membayar lebih jika ingin mempertahankan VFA.
Lorenzana juga meminta bantuan Austin untuk mempercepat pengiriman vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi dan bioteknologi AS Moderna yang dipesan Filipina.