Ikut Menentang Junta Militer, Tiga Diplomat Myanmar di Berlin Dipecat

Senin, 12 April 2021 | 13:14 WIB
Ikut Menentang Junta Militer, Tiga Diplomat Myanmar di Berlin Dipecat
Seorang pengunjuk rasa memegang tanda dengan gambar pemimpin sipil Myanmar yang ditahan Aung San Suu Kyi (kanan) dan presiden Win Myint selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). [YE AUNG THU / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang diplomat Myanmar di Berlin, Jerman, dipecat dan dihapus status kewarganegaraannya setelah ikut menyuarakan aksi menentang junta militer.

Menyadur Channel News Asia, Senin (12/4/2021) Chaw Kalyar merupakan salah satu diplomat Myanmar di Berlin dan bertugas memberikan bantuan kepada sesama warga negara yang dicabut kewarganegaraannya.

Tapi, sang diplomat saat ini menghadapi kesulitan yang sama.

Bersama dengan dua rekan lainnya, dia bergabung dengan gerakan menentang junta militer yang menggulingkan Aung San Suu Kyi dan merebut kekuasaan pada 1 Februari.

Baca Juga: Kudeta Myanmar: Warga Mengungsi ke India Menyusuri Jalur Setapak dan Got

"Awal Februari saya putus asa dengan kudeta, padahal sejak 2015 Myanmar berada di jalur yang benar," kata Chaw Kalyar. "Sejarah terulang kembali.

"Saya memutuskan untuk melakukan sesuatu," tambah diplomat berusia 49 tahun itu. "Kami harus mengambil bagian dalam gerakan itu."

Chaw Kalyar, yang pada tahun 1988 masih duduk di bangku SMA ikut ambil bagian dalam protes massal menentang rezim militer, mengenang banyak teman yang terbunuh pada saat itu. "Saya menyimpan perasaan yang kuat di dalam diri saya sepanjang hidup saya," katanya.

Chaw Kalyar, yang berpangkat sekretaris ketiga di kedutaan besar di Berlin, mengatakan dia tidak akan duduk dan menonton krisis politik yang menimpa negaranya.

"Sebagai satu-satunya kedutaan dengan atase militer di Eropa, kami merasakan pengaruh mereka tumbuh: Sekarang mereka lebih sering datang ke kedutaan dan memberikan catatan propaganda tentang situasi di Myanmar," katanya.

Baca Juga: Puluhan Bocah Tewas di Myanmar, Junta Militer Enggan Disalahkan

Dia mengatakan dia memutuskan untuk beraksi setelah Kyaw Moe Tun, utusan tertinggi Myanmar di PBB, berbicara menentang para militer pada akhir Februari.

Kyaw Moe Tun telah mendesak militer untuk memulihkan pemerintahan sipil dalam pidatonya di hadapan Majelis Umum PBB. Setelah itu, dia dipecat oleh penguasa militer Myanmar dan dituduh melakukan pengkhianatan tingkat tinggi.

"Saya sangat tersentuh (oleh) langkahnya," kata Chaw Kalyar. "Dia adalah pemimpin bagi kami dan kami bisa melakukannya juga."

Dia mengatakan pada 4 Maret, dia dan dua diplomat lainnya di kedutaan yang beranggotakan tujuh orang bergabung dengan gerakan pembangkangan dan memposting di Facebook pesan dukungan kepada pengunjuk rasa tak bersenjata di kampung halaman.

Kurang dari seminggu kemudian, katanya, ketiganya menerima surat yang memberi tahu mereka bahwa mereka dipecat dan paspor mereka ditarik.

"Ketika kami memposting pengumuman kami di Facebook, kami tahu apa konsekuensinya," kata Chaw Kalyar. "Kami tidak bisa pulang atau keluar dari Jerman karena mereka menarik paspor kami," tambahnya.

Jerman, yang mengecam kudeta tersebut, saat ini sedang memeriksa kasus para diplomat.

"Pemerintah federal menganggap bahwa status diplomatik karyawan di kedutaan belum berakhir," kata seorang juru bicara kementerian luar negeri kepada AFP.

Chaw Kalyar mengatakan sekitar 20 diplomat Myanmar di seluruh dunia, termasuk di Paris, Jenewa dan Washington, juga telah bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI