Kisah Tunanetra: Hilang Penglihatan, Putus Asa sampai Temukan Titik Balik

Siswanto Suara.Com
Senin, 12 April 2021 | 07:00 WIB
Kisah Tunanetra: Hilang Penglihatan, Putus Asa sampai Temukan Titik Balik
Ilustrasi tunanetra. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ketika saya minta tanggapan mengenai diskriminasi terhadap kalangan disabilitas? Jawaban Bakat didasarkan pada aspek ekonomi dan yang dirasakannya pada zaman Orde Baru dan reformasi.

“Diskriminasi sekarang lebih besar. Dulu zaman Pak Harto masih mikirin tunanetra. Karena waktu itu banyak tunanetra dimasukin ke Departemen Sosial.”

“Temen saya yang masuk Depsos dari tahun 70-an itu masih banyak yang hidup mas sampai sekarang, mereka usianya sudah 70-an. Masih sehat sampai sekarang ini.”

Kemudian dia memberikan contoh diskriminasi yang dialami kalangan disabilitas, di antaranya lapangan pekerjaan sangat sulit didapat.

Akibatnya, kebanyakan tunanetra, terutama di Jabodetabek, beralih menjadi penjual krupuk keliling. Padahal, keterampilan utama yang diajarkan kepada mereka sewaktu menempuh pendidikan adalah pijat.

“Jadi sekarang ini banyak yang alih profesi (dari pemijat) jadi pedagang krupuk, meski risikonya lebih besar daripada pijet.”

“Pembayaran (pendapatan) dari pijet sekarang ini nggak seimbang (jumlah pelanggan semakin sedikit).”

Bersyukur

Walaupun penghasilan yang didapat di Kabupaten Bogor sekarang sudah jauh berkurang, bapak empat orang anak ini memutuskan akan tetap bertahan di tanah rantau karena dia merasa tidak mungkin lagi melanjutkan usaha pijat di tanah kelahiran.

Baca Juga: Kisah Penguasa Parkir Liar: yang Bisa Kuasai Lahan, Itu yang Bisa Berdiri

Sebab, membuka usaha baru di daerah akan kalah saing dengan yang sudah lama merintis di sana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI