Suara.com - Ratusan korban terdampak banjir bandang dan longsor akibat Badai Siklon Tropis Seroja di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengungsi di Gubuk atau Pondok Parek yang berada di Desa Petuntawa, Kecamatan Ile Ape. Dari ratusan pengungsi, satu di antaranya merupakan bayi berusia 14 hari.
Kepala Posko Pondok Parek Walang Artos Tobiona (24) mengungkapkannya saat ditemui Suara.com pada Sabtu (10/4/2021) siang. Selain bayi, ada pula ibu hamil, balita hingga lansia yang mengungsi di sana.
"Ada 13 bayi balita 0-5 tahun, ibu hamil dan ada satu bayi merah belum sampai dua Minggu juga," kata Artos.
Menurutnya, sampai kini baru sebagian besar bantuan yang diterima, yakni berupa sembako. Padahal, pengungsi juga membutuhkan air bersih, susu, popok, hingga selimut tebal.
Baca Juga: Kepala BNPB: Korban Meninggal di NTT 174 Orang dan 48 Hilang
"Kita kekurangan tempat penampungan air. Sejauh ini, baru sekali bantuan air di enam hari ini (pascabencana)," ujarnya.
Akibat kekurangan air, kata Artos, beberapa pengungsi pun terdampak penyakit. Di antaranya diare hingga alergi.
"Batuk, pilek, demam, diare dan ada yang alergi karena kurang air bersih. Sehingga ada air embung (air tampungan hujan) di situ yang kemudian digunakan warga untuk cuci, mandi bahkan kalau air bersih tidak ada lagi maka digunakan untuk masak dan minum," katanya.
Sebanyak 246 Jiwa Mengungsi
Jurnalis suara.com pada Sabtu siang juga mendatangi langsung titik pengungsian mandiri di Pondok Parek Walang. Pondok atau gubuk tersebut sebelumnya digunakan sebagai tempat peristirahatan warga seusai berkebun sekaligus menyimpan hasil panen.
Baca Juga: Ratusan Warga Terdampak Banjir-Longsor Kabupaten Lembata Mengungsi di Kebun
Pada tahun 2020 lalu saat terjadi bencana erupsi Gunung Ile Ape, pondok Parek Walang juga digunakan oleh warga sebagai tempat pengungsian.
Saat diantar oleh warga sekitar, Robert (35), dari Desa Amakaka ke pondok Parek Walang perlu waktu sekitar 30 menit perjalanan dari Desa Amakaka ke Pondok Parek Walang dengan menggunakan sepeda motor.
Sebagian besar mereka yang mengungsi berasal dari desa-desa terdampak bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lembata.
"Total pengungsi yang ada di Parek Walang sebanyak 246 jiwa terdiri dari 54 KK dari Desa Lamawara dan 11 KK tersebar di Desa Atawatung, Desa Mawa, Desa Bunga Muda, Desa Amakaka, dan Desa Tanjung Batu," ujarnya.
Dia juga mengungkapkan, alasan warga lebih memilih mengungsi di Pondok Parek Walang lantaran lebih nyaman di sana ketimbang di posko yang didirikan oleh pemerintah daerah. Alasan lain, saat ini sedang musim panen sehingga mereka juga harus menjaga kebunnya.
"Meski keterbatasan jaringan listrik, sumber air, akses internet dan keterbatasan lainnya tetapi untuk kenyamanan mereka lebih memilih di tempat ini," kata dia.